Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Mendampingi Anak Penderita Kanker Selama Pandemi

Kompas.com - 04/08/2020, 16:44 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Anak-anak dengan penyakit kanker memiliki kekebalan tubuh lebih rendah sehingga mereka lebih rentan tertular infeksi. Di masa pandemi ini, kecemasan orangtua terhadap kesehatan buah hatinya tentu meningkat sehingga mungkin membuat aktivitas anak makin terbatas.

Kondisi tersebut dapat membuat anak merasa terisolasi dan bosan.

Hasil survei UNICEF pada bulan Juni 2020 menunjukkan, 66 persen dari 60 juta anak Indonesia mengaku tidak nyaman selama bersekokah di rumah di masa pandemi Covid-19.

“Anak-anak adalah makhluk yang bebas dan suka bermain. Saat 'ditawan' dan harus tinggal di rumah dan bersekolah di rumah dalam waktu lama, maka akan mudah menjadi bosan,” kata Ketua Yayasan Onkologi Anak Indonesia, Rahmi Adi Putra Tahir saat membuka seminar webinar YOAI “Membuat Anak Betah di Rumah” (1/8/ 2020).

Anak-anak memiliki dunianya sendiri. Mereka ingin bebas bermain dan belajar bersama teman-temannya. Interaksi sosial yang terbatas itu membuat mereka jadi merasa terisolasi dan tidak betah.

“Selama pandemi ini hobi anak-anak juga tidak tersalurkan. Banyak tugas sekolah menumpuk dan orangtua mungkin banyak mengatur, memberi instruksi, dan cenderung emosional,” kata psikolog Nelly Hursepuny Mpsi, dalam acara yang sama.

Baca juga: Agar Anak Bisa Gembira Sekolah di Rumah

Tantangan lebih berat mungkin dihadapi orangtua yang memiliki anak dengan penyakit kanker. Bagaimana pun anak harus rutin berobat ke rumah sakit dan daya tahan tubuh mereka lebih rendah sehingga rentan terpapar infeksi.

Menurut Nelly, kecemasan yang dirasakan orangtua juga dapat berpengaruh ke anak.

“Untuk mengurangi kecemasan, sebaiknya orangtua pada anak penderita kanker tetap berkonsultasi secara rutin dengan dokter, tentang kondisi si anak. Apakah perlu isolasi total, atau seberapa aman membawa anak pasien kanker pergi ke rumah sakit,” jelas Nelly.

Anak yang baru menjalani kemoterapi, memiliki daya tahan tubuh lemah sehingga perlu ektsra penjagaan dari penularan dari berbagai penyakit, termasuk Covid-19. Caranya, tambah Nelly, dengan memantau asupan gizi dan minum dan obat yang perlu dikonsumsi agar daya tahan kuat.

Baca juga: Kualitas Tidur Buruk, Picu Problem Emosional pada Anak

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

Jelaskan pada anak dengan bahasa yang disesuaikan dengan pemahamannya, tentang kondisi pandemi, sehingga mereka bisa memahami mengapa aktivitasnya sekarang ini terbatas di rumah saja.

Untuk menghindari kejenuhan anak selama di rumah, orangtua harus lebih terlibat dan memperhatikan kebutuhan anak.

“Observasi minat anak, kalau kita sebagai orangtua tidak tahu minat anak, anak lari sendiri. Di sini dibutuhkan interaksi emosional,” kata Nelly.

Baca juga: Selain Menemani, Orangtua Harus Lakukan Ini Saat Bermain Bersama Anak

Pada kondisi seperti pandemi ini, yang dibutuhkan anak bukanlah nasihat, melainkan dimengerti dan diingatkan.

“Jangan buru-buru memberi nasihat katika itu tidak menjadi prioritas. Berikan contoh lewat kata dan perbuatan dan selalu dengarkan anak,” sarannya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com