BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Prove D3

Nostalgia Lomba 17 Agustus di Masa Pandemi

Kompas.com - 14/08/2020, 08:23 WIB
Hisnudita Hagiworo,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Agustus menjadi bulan bersejarah bagi Indonesia. Pasalnya, pada bulan ini tahun 1945, Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaan dari penjajahan Jepang.

Sejak saat itu, tiap 17 Agustus, masyarakat Indonesia pun merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dengan penuh sukacita.

Kemeriahannya bahkan bisa dirasakan sejak pekan pertama Agustus. Masyarakat biasanya bergotong royong memasang ornamen merah putih, mulai dari gapura sampai bendera di sepanjang jalan.

Klimaksnya, ada pada Hari Kemerdekaan, yakni 17 Agustus yang selalu diperingati dengan beragam aktivitas. Selain upacara untuk mengenang jasa pahlawan, ada pula perlombaan tradisional yang diadakan di sejumlah wilayah.

Baca juga: Keseruan Lomba 17 Agustus di BKT, dari Tangkap Bebek sampai Panjat Pinang di Air

Namun, tahun ini berbeda, segala kemeriahan termasuk perlombaan di bulan Agustus yang biasanya dilakukan hampir pasti ditiadakan.

Adanya pandemi Covid-19 tidak memungkinkan masyarakat menggelar acara perlombaan yang telah menjadi tradisi puluhan tahun tersebut.

Kalaupun ada, pelaksanaannya akan berbeda tahun ini. Kebanyakan perlombaan akan dilakukan lewat media sosial.

Meski demikian, jangan bersedih. Ingatlah keadaan pandemi hanya sementara. Di tahun-tahun berikut, Anda bisa merasakan lagi kemeriahan yang biasanya.

Baca juga: Kasus Covid-19 Naik Terus, Wali Kota Depok Larang Lomba 17 Agustus

Nah, untuk sekadar memperingati, mari sejenak bernostalgia. Berikut beberapa lomba tradisional yang selalu diadakan saat Hari Kemerdekaan.

Sepeda hias

Lomba yang satu ini khusus diadakan untuk anak-anak. Mereka biasanya dibantu orangtua menghias penuh sepedanya dengan kertas warna-warni sesuai tema yang dipilih. Tak lupa, selalu ada bendera merah putih pada setang.

Sepeda yang sudah dihias itu lalu dipamerkan pada karnaval yang diadakan tepat pada 17 Agustus. Selain sepeda, anak-anak biasanya memakai kostum khusus. Ada yang memakai pakaian daerah atau karakter favorit.

Makan kerupuk

Perlombaan selanjutnya yang mungkin Anda ikuti adalah lomba makan kerupuk. Peserta harus berlomba menghabiskan kerupuk yang sudah digantung pada sebuah tali rafia dengan ketinggian tertentu sementara tangannya diikat.

Baca juga: Kenapa Ada Lomba Makan Kerupuk saat 17 Agustus?

Tak banyak yang tahu, sebenarnya lomba ini memiliki filosofi cerita. Kesulitan memakan kerupuk dengan tangan terikat menandakan sukarnya masyarakat mendapatkan makanan layak di zaman penjajahan dahulu.

Tarik tambang

Lomba tradisional ini diikuti secara berkelompok. Satu tim melawan tim lainnya dengan saling menarik tambang. Pemenangnya adalah tim yang berhasil menarik lawan sampai garis batas yang telah ditentukan.

Tentu saja, diperlukan tenaga yang besar untuk mengikuti lomba yang satu ini. Karena itu, biasanya pesertanya pun orang dewasa.

Baca juga: Andien Aisyah Kangen Ikut Lomba 17 Agustus

Hal terpenting dari lomba ini adalah kerja sama tim. Melalui lomba ini, para peserta secara tidak langsung dapat belajar gotong royong, kebersamaan, dan solidaritas.

Balap karung

Lomba ini mengharuskan peserta masuk ke dalam karung lalu melompat hingga garis finis. Untuk memenangkan lomba balap karung, peserta harus memiliki keseimbangan yang bagus.

Biasanya, balap karung menjadi lomba yang ditunggu-tunggu dan dianggap menghibur penonton. Mereka senang melihat peserta melompat terburu-buru dan tak jarang terjatuh hingga tersungkur ke tanah.

Adapun karung yang digunakan biasanya jenis goni. Lomba ini mengandung filosofi susahnya mencari pakaian yang layak saat masa penjajahan. Penduduk Indonesia waktu itu menggunakan karung goni sebagai bahan pakaiannya.

Baca juga: Wali Kota Tangerang Larang Warganya Berkerumun pada Hari Kemerdekaan, Termasuk untuk Lomba

Panjat pinang

Selain balap karung, lomba panjat pinang juga menjadi hiburan bagi warga yang menonton. Lomba ini biasanya hanya ditemui di wilayah tertentu dengan peserta semuanya lelaki.

Panjat pinang selalu dijadikan lomba utama dan banyak ditunggu masyarakat. Pasalnya, ada banyak hadiah bernilai yang bisa diambil oleh peserta yang mampu memanjat hingga puncak.

Tentu saja, melakukannya bukanlah perkara mudah. Batang pinang tadi sudah dilumuri oli sehingga permukaannya sangat licin.

Seringnya, para peserta akan jatuh lagi setelah memanjat beberapa meter. Untuk itu, dibutuhkan kerja sama tim.

Baca juga: Mendagri Imbau Warga Tak Gelar Panjat Pinang karena Berpotensi Tularkan Covid-19

Masing-masing personel tim akan bahu-membahu berstrategi untuk mencapai puncak dengan saling panjat badan temannya. Tak jarang, para peserta mendapati badannya memar usai lomba tersebut.

Meski demikian, hadiah di puncak tiang memang sepadan, mulai dari kipas angin, rice cooker, dispenser, hingga sepeda.

Lomba bikin sehat

Kelima perlombaan tersebut hanya segelintir dari jenis lomba ikonik yang diadakan tiap 17 Agustus. Masih ada banyak jenis perlombaan unik sesuai dengan kearifan lokal daerah setempat dan berhasil menjadi hiburan para warga.

Tak hanya menghibur, pada dasarnya lomba-lomba itu juga menyehatkan. Sebab, kegiatannya indentik dengan aktivitas fisik, mirip olahraga.

Baca juga: Pemkot Tangerang Larang Warga Rayakan Hari Kemerdekaan dengan Berkerumun

Selain itu, perlombaan di atas biasanya dilakukan saat pagi dan siang hari di luar rumah. Pada waktu-waktu tersebut, tubuh dapat menyerap ultraviolet B (UV B) yang berasal dari sinar matahari.

Seperti diketahui sinar UV B penting bagi tubuh untuk memproduksi vitamin D yang baik bagi kesehatan.

Buat tubuh, vitamin D sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kekebalan dan memperkuat tulang. Selain itu, vitamin D juga dapat mencegah berbagai jenis penyakit.

Namun, tidak semua sinar matahari dapat diolah menjadi vitamin D. Cahaya matahari yang mengandung UV B umumnya bisa didapatkan pada rentang waktu pukul 10.00 hingga 15.00.

Baca juga: Banyak Orang Indonesia Kekurangan Vitamin D, Kenali Faktor Risikonya

Kekurangan vitamin D

Sebaliknya, kekurangan atau defisiensi vitamin D dapat memengaruhi imunitas tubuh dan memicu berbagai gejala penyakit, seperti mudah gelisah, peningkatan berat badan, kulit menjadi lebih gelap, mudah lelah, dan pegal-pegal pada tubuh.

Setiap orang dari segala jenis usia mulai dari bayi hingga dewasa sangat mungkin mengalami defisiensi vitamin D.

Kebutuhan vitamin D orang berbeda sesuai usia. Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2019, bayi di bawah satu tahun membutuhkan 400 IU per hari.

Anak di atas 1 tahun, remaja, dewasa, serta ibu hamil dan menyusui membutuhkan 600 IU per hari. Sementara itu, bagi usia di atas 65 tahun membutuhkan 800 IU per hari.

Baca juga: Perhatikan, Tanda-tanda Tubuh Kekurangan Vitamin D

Sayangnya, kesempatan mendapat sinar matahari dari aktivitas perlombaan 17 Agustus itu mungkin hanya bisa didapatkan satu tahun sekali atau bahkan tidak sama sekali jika kondisinya sedang masa pandemi seperti saat ini.

Karenanya, Anda perlu mencari aktivitas lain yang dapat dilakukan di luar rumah agar tubuh tetap mendapatkan sinar matahari yang cukup.

Jika tidak memungkinkan, Anda bisa mencari alternatif lain. Selain dari sinar matahari, vitamin D juga bisa didapatkan dari makanan, seperti salmon, tuna, sarden, makarel, minyak hati ikan cod, udang, mentega, susu, jamur, dan sereal.

Meski demikian, terkadang sumber makanan tersebut belum cukup memenuhi kebutuhan vitamin D pada tubuh. Untuk mencukupinya, Anda bisa mengonsumsi suplemen vitamin D dari Kalbe, seperti Prove D3 Drops yang mengandung D3 sebanyak 400 IU per tetes.

Baca juga: Studi: Vitamin D Tidak Efektif Mencegah Depresi pada Orang Dewasa

Suplemen vitamin berbentuk drops atau tetes ini dosisnya dapat disesuaikan dengan usia sehingga cocok dikonsumsi anak-anak hingga orang lanjut usia. Kandungannya yang bebas alkohol, gluten, pemanis, pewarna, dan pengawet buatan membuat Prove D3 aman dikonsumsi seluruh keluarga. 


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com