Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/08/2020, 08:24 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Masa lima tahun pertama merupakan periode kritis pertumbuhan setiap anak. Gangguan tumbuh kembang yang terjadi di masa ini bisa berdampak permanen. Untuk itu orangtua perlu mengenali apakah pertumbuhan anak sudah sesuai atau tidak dengan mengukur berat dan tinggi badan anak.

Dokter spesialis anak Conny Tanjung menjelaskan, pertumbuhan anak yang ditandai dengan penambahan ukuran fisiknya merupakan indikator untuk status nutrisinya.

“Masalah gizi terbesar yang dihadapi dunia saat ini menurut WHO adalah stunting. Hal ini tidak terjadi tiba-tiba, selalu diawali dengan hambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh kualitas makanan kurang baik,” kata Conny dalam acara webinar yang diadakan oleh Abbott (27/8).

Ia menambahkan, stunting alias kurang gizi kronik akan menyebabkan tinggi badan anak tidak optimal dan perkembangan otaknya terhambat.

Karena itulah pertumbuhan berat badan dan tinggi badan anak harus pantau secara rutin sehingga bisa dideteksi jika ada gangguan.

Ilustrasi tinggi badan anakTomwang112 Ilustrasi tinggi badan anak
“Setelah dimonitor tinggi, berat, dan lingkar kepalanya, hasilnya ditaruh di kurva pertumbuhan untuk mendeteksi. Kalau postur anak termasuk pendek apakah memang karena genetik dan masih bisa dikejar, atau disebabkan stunting,” papar dokter dari RS Pantai Indah Kapuk Jakarta ini.

Baca juga: Antisipasi Stunting, Kenali Penyebab Berat Badan Anak Turun

Direktur Urusan Medis Abbott untuk Asia Pasifik Dr. Jose Dimaano, menambahkan pertumbuhan yang lambat bukan hanya masalah fisik, tetapi juga berdampak pada pembelajaran dan perkembangan di masa anak-anak.

Sebagian besar konsekuensi tersebut tidak dapat diubah jika tidak diperbaiki pada tahun-tahun awal kehidupan

“Berbeda dengan persepsi umum, kontribusi genetika pada pertumbuhan tinggi badan sejak bayi hingga anak usia dini relatif kecil, sebaliknya nutrisi bersama dengan faktor lingkungan seperti kebersihan dan olah raga adalah kuncinya,” katanya.

Standar pengukuran

Pada balita idealnya pengukuran berat dan tinggi badan tersebut dilakukan 8 kali dalam 12 bulan.

“Tapi tidak semua anak dipantau rutin. Sekitar 40 persen tidak dipantau sesuai standar, bahkan ada yang tidak pernah ditimbang,” katanya.

Di masa pandemic ini banyak orangtua yang takut membawa balitanya ke dokter untuk melakukan kontrol rutin. Hal itu juga dirasakan oleh influencer Tantri Namirah, ibu dari anak berusia dua tahun.

“Karena saya takut ke rumah sakit, jadi tidak mengecek pertumbuhan anakku. Di rumah memang ada timbangan, tapi tidak bisa mengukur tinggi badannya,” kata Tantri.

Conny mengingatkan, mengukur pertumbuhan anak juga diperlukan ketepatan. Dibutuhkan alat-alat yang terkalibrasi dengan teknik pengukuran yang benar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com