Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Ibu Bunuh Anak karena Susah Belajar Online, Apa Kata Psikolog?

Kompas.com - 15/09/2020, 19:24 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus kekerasan terhadap anak yang berujung pada hilangnya nyawa, belum lama ini terjadi di Lebak, Banten.

Jasad bocah delapan tahun ditemukan terkubur dengan pakaian lengkap di TPU Gunung Kendeng, Kecamatan Cijaku, Lebak.

Setelah ditelusuri, rupanya anak yang masih duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar itu dianiaya sang ibu berinisial LH (26).

Konon, LH tega membunuh anaknya karena kesal lantaran korban susah diajari saat belajar online.

Baca juga: Kronologi Penemuan Jenazah Bocah Perempuan di Lebak

Terlepas dari kebenaran pengakuan itu, namun kesabaran orangtua memang kerap diuji di masa-masa proses belajar online.

Tentang kasus ini, Psikolog Mario Manuhutu, M. Si, mengaku yakin pemicu dari kejadian ini tak hanya soal masalah anak yang susah diajari saat belajar online.

Stres karena masa pandemi dan faktor lain bisa juga menjadi latar belakang kekerasan tersebut.

Di sisi lain, tak semua orang mampu mengatasi stres yang mendera.

“Orang punya toleransi terhadap situasi yang menekan itu beda-beda,” kata Mario kepada Kompas.com saat dihubungi, Selasa (15/9/2020).

Sehingga, dalam konteks perkara ini, Mario sesunguhnya mengimbau agar para orangtua mengatasi stresnya terlebih dahulu, sebelum turun tangan mengajar atau berinteraksi dengan anak.

“Jadi memang yang perlu penangnan stres adalah orangtuanya dulu. Ketika orangtua sudah bisa menangangi stres dan tekanan, dia bisa mengajar anaknya,” kata Mario lagi.

Selain itu, lanjut Mario, orangtua juga harus selalu mampu mengolah emosi sendiri, sebelum bisa mengolah emosi anak.

Baca juga: Tanpa Marah, Lakukan Ini untuk Mengendalikan Emosi Anak

Saat mengajari anak belajar, wajar orangtua merasakan perasaan kesal dan marah. Belum lagi bila materi pelajaran terbilang sulit, dan anak susah untuk memahaminya.

“Anak kan lihat kita, anak juga belajar dari apa yang dia lihat,”ujar dia.

“Kita suruh anak tenang, belajar, dan bilang jangan cengeng, tapi kita ngasih tahunya sambil marah-marah juga,” imbuh dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com