Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/09/2020, 13:37 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama ini kita selalu mendengar saran yang sama mengenai bagaimana memperoleh kesejahteraan emosional. Selain olahraga teratur, kita juga perlu mengonsumsi makanan sehat, memiliki makna dan tujuan, serta berbuat baik kepada orang lain.

Tapi, untuk hal yang disebutkan terakhir --berbuat baik-- tampak sedikit lebih rumit dibandingkan apa yang kita bayangkan, menurut studi terbaru.

Studi yang diterbitkan di Psychological Bulletin ini meninjau sebanyak 201 studi tentang perilaku yang didefinisikan sebagai prososial, serta pengaruhnya terhadap kesehatan dan kualitas hidup seseorang.

Penulis utama studi, Bryant Hui, Ph.D., asisten profesor peneliti di University of Hong Kong mengatakan, perilaku prososial cenderung memiliki dampak signifikan di masyarakat karena dapat memengaruhi banyak orang.

Perilaku prososial meliputi kerja sama, kepercayaan, kasih sayang, dan altruisme (memerhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain).

Ia mencontohkan, seseorang yang melakukan sesuatu secara sukarela bisa berdampak besar di kemudian hari.

Baca juga: Deretan Aksi Sosial Para Artis Melawan Wabah Covid-19

Ada kaitan antara perilaku prososial, kesehatan fisik, dan fungsi psikologis, menurut Hui.

"Ini bukan pendorong besar, namun tetap mempunyai arti."

Jenis perilaku prososial tertentu bisa memberikan kita kesejahteraan yang lebih baik.

Perbuatan baik yang tidak direncanakan, entah itu membantu tetangga atau mentraktir teman lama yang bertemu tak sengaja, cenderung memberi kesejahteraan yang lebih tinggi dibandingkan kebaikan "terencana", seperti menjadi sukarelawan di sebuah kegiatan.

Menurut Hui, perbuatan baik secara tidak langsung dan altruisme bukanlah keharusan, melainkan sebuah pemberian.

Baca juga: PMI Butuh Rp 200 Miliar Perangi Covid-19, Kalla Minta Pengusaha Donasi

Temuan lain yang terungkap, kesejahteraan dan kebaikan mengarah pada makna mendalam dibandingkan kebaikan yang menawarkan kebahagiaan sesaat.

Hui mengatakan, partisipan berusia lebih muda memperoleh peningkatan emosional lebih banyak. Sementara pada partisipan yang lebih tua, kesehatan mereka menjadi lebih baik.

Partisipan wanita juga menunjukkan koneksi antara kebaikan dan kesejahteraan dibandingkan partisipan pria.

Namun, kata Hui, bukan berarti kita tidak perlu berbuat baik jika hal itu tidak memberikan manfaat kesehatan bagi kita.

"Kita ingin mengarahkan perilaku prososial, yang kita yakini sebagai kebajikan universal, dan bagian dari budaya bersama umat manusia," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com