KOMPAS.com - Ketika pandemi Covid-19 muncul, para pakar meyakini infeksi ini utamanya menyerang organ paru-paru.
Namun, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah pengidap, para pakar menyadari hal lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan di bulan Juni 2020 di Heart Rhythm, sebanyak 20-30 persen peasien Covid-19 di rumah sakit ternyata menunjukkan tanda-tanda kerusakan jantung.
Saat itu, para peneliti menganggap, kerusakan jantung memang bisa terjadi pada pasien dengan kondisi parah. Namun, kini ada gambaran yang lebih jelas mengenai itu.
Baca juga: Olahraga yang Aman bagi Penderita Penyakit Jantung
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada September 2020 di JAMA Cardiology menunjukkan jawabannya.
Disebutkan, virus tersebut memang dapat membahayakan jaringan jantung, bahkan pada mereka yang memiliki gejala ringan, atau tidak bergejala sama sekali.
Meskipun terlalu dini untuk memastikannya, sebuah penelitian yang diterbitkan di JAMA Cardiology edisi Juli 2020 menunjukkan, kerusakan tersebut mungkin saja terjadi secara permanen.
“Virus ini menginfeksi hampir setiap organ dalam tubuh, dan jantung tidak terkecuali.”
Demikian penjelasan Direktur Program Hipertensi dan Profesor Kedokteran di divisi kardiologi Rumah Sakit Universitas Johns Hopkins di Baltimore, Amerika Serikat, Oscar Cingolani, seperti dilansir the Healthy.
Lantas, apa penyebabnya? Tentu saja, peradangan.
Peradangan jantung
Miokarditis atau radang otot jantung dapat melemahkan dan merusak sistem "kelistrikan" jantung.
Kondisi itu akan membuat jantung lebih sulit untuk memompa darah dan menyebabkan irama jantung yang tidak normal.
Miokarditis bukanlah kondisi baru, melainkan bisa juga disebabkan oleh virus seperti flu, juga bakteri, jamur, atau penyakit autoimun.
Baca juga: Gaya Hidup yang Menyehatkan Jantung Juga Mencegah Gangguan Mata
"Yang menjadi semakin jelas adalah bahwa virus corona dapat menginfeksi jantung seperti infeksi lain,” kata Cingolani.