Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Efektif Terapi Plasma Darah Bisa Atasi Kebotakan?

Kompas.com - 17/10/2020, 08:56 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kerontokan rambut yang akhirnya berujung pada kebotakan kerap kali membuat kita menjadi kurang percaya diri.

Beragam treatment atau perawatan ditawarkan untuk mengatasi permasalahan ini. Salah satunya adalah terapi plasma darah atau platelet-rich plasma (PRP).

Terapi plasma darah dilakukan dengan cara mengambil darah pasien yang kemudian diproses untuk mendapatkan jumlah konsentrasi trombosit yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnnya.

Plasma darah ini mengandung ratusan protein dan growth factor, sehingga ketika diinjeksikan kembali ke kulit kepala akan memberi nutrisi yang mampu merangsang folikel pertumbuhan rambut secara efektif.

Karena prosesnya menggunakan darah kita sendiri, dokter Spesialis Kulit dan Kelamin sekaligus Medical Advisor MEN/O/LOGY by ZAP Clinic, Endi Novianto mengklaim bahwa perawatan ini sangat aman dilakukan.

“Tidak ada efek samping yang menyebabkan proses alergi, infeksi, berbahaya bagi tubuh, karena ini darah pasien sendiri,” ujar Endi dalam jumpa pers virtual, belum lama ini.

Baca juga: Atasi Kebotakan dengan Menggunakan Bahan Alami

Efektivitas

Endi mengatakan bahwa rangsangan yang diberikan pada folikel membuat rambut yang tadinya istirahat memproduksi rambut baru menjadi aktif kembali.

“(PRP) akan menstimulasi stem cell punca, yakni, sel yang bisa berkembang menjadi banyak jenis sel dalam tubuh. Sehingga saat sel punca ini aktif, akan membuat rambut tumbuh, sehat dan menjadi lebih rapat,” ujar Endi.

Untuk itu, pada pasien dengan keluhan kebotakan baik itu female pattern hairloss, yakni kebotakan dengan bentuk tertentu pada wanita, atau alopesia androgenetik yang terjadi pada laki-laki, bisa diatasi dengan terapi plasma darah ini.

“Kadang-kadang pasien datang sudah licin, mereka bertanya, ini masih bisa diatasi pakai PRP dok? Bisa, kalau ada stem cell yang hidup, masih bisa,” ujar Endi.

Terkait berapa kali terapi PRP harus dijalani untuk mendapatkan hasil yang maksimal, Endi menyarankan untuk menjalaninya setiap dua minggu sekali, selama delapan kali tindakan.

“Jadi kira-kira, empat bulan kita treatment PRP supaya bisa menjadi hasil yang kita inginkan,” kata Endi.

Setelah delapan kali treatment, evaluasi akan dilakukan untuk menilai masih perlukah terapi dilakukan kembali.

“Kalau sudah maksimal tinggal memelihara tiga bulan sekali bisa, ada pasien saya enam bulan sekali,” ujar Endi lagi.

Baca juga: Cegah Kebotakan Khas Pria dengan 5 Tips Ini

Kontraindikasi

Namun sayangnya perawatan ini tak bisa dilakukan pada semua orang. Ada kontraindikasi yakni, kondisi tertentu pada pasien yang membuat mereka sebaiknya tak menjalani terapi ini. Beberapa kondisi kesehatan itu diantaranya:

  • Anemia. Mereka yang kekurangan sel darah merah lebih baik tidak melakukan perawatan ini.
  • Thrombocytopenia. Di mana pasien memiliki trombosit rendah yakni di bawah 150.000 per mikroliter darah atau mereka yang memiliki disfungsi pada trombosit.
  • Infeksi. Pasien yang sedang demam, atau sedang terjangkit Covid-19.
  • Mengonsumsi obat anticoagulant. Mereka yang memiliki riwayat pengentalan darah, sakit jantung atau stroke dan mengonsumsi anticoagulan misalnya aspirin atau vitamin ginkobiloba.
  • Merokok. Untuk pasien yang merupakan perokok aktif tidak disarankan menjalani PRP karena ditakutkan tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal. Jika ingin melakukan terapi ini sebaiknya menghentikan konsumi rokok selama dua minggu sebelumnya.

Baca juga: 5 Cara Selamatkan Rambut dari Kebotakan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com