Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/10/2020, 14:00 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang perlu diwaspadai jelang musim hujan.

Seperti pada beberapa penyakit lainnya, demam adalah gejala utama pada demam berdarah. Namun, ada perbedaan yang cukup mencolok pada gejala yang dialami penderita demam berdarah.

"Bedanya dengan (demam) penyakit lain, pada demam berdarah panasnya agak bandel dan sifatnya akut."

Hal itu diungkapkan oleh dr. Yudhie krisna wibowo, Sp.A, M. Biomed dari Eka Hospital Cibubur dalam Instagram Live, Sabtu (17/10/2020).

Demam pada penderita demam berdarah bisa mendadak tinggi meskipun baru terjadi pada satu atau dua hari pertama.

Selain itu, meskipun sudah mengonsumsi obat penurun demam, suhu tubuh penderita demam berdarah hanya turun sedikit atau hampir tidak turun sama sekali.

Sementara demam karena infeksi lain pada umumnya dapat mereda ketika penderita diberi obat penurun demam, meskipun beberapa jam setelahnya demam mungkin akan kembali jika belum sembuh betul.

"Angka demamnya saja (turun), tapi kalau dirasakan di badan kita atau orang yang demam dipegang, panasnya masih terasa," katanya.

Baca juga: Minum Jus Jambu Bisa Sembuhkan Demam Berdarah, Mitos atau Fakta?

Selain itu, penderita demam berdarah juga bisa memgalami keluhan lainnya yang membuat kondisi badan semakin turun, seperti badan pegal-pegal, linu di persendian, sakit kepala, nyeri di belakang mata, hingga risiko pendarahan seperti mimisan, bintik-bintik di bawah kulit atau gusi berdarah.

"Makanya disebut demam berdarah karena disertai manifestasi gejala pendarahan," papar dr. Yudhie.

 

Grafik pelana kuda
Pada demam berdarah dikena istilah grafik "pelana kuda". Penjelasannya adalah penderita umumnya mengalami demam yang cenderung tinggi selama tiga hingga empat hari, kemudian demam turun pada fase kritis dan akan sedikit naik pada fase penyembuhan.

Jika demam berdarah bisa diidentifikasi pada satu atau dua hari awal, maka penderita bisa segera dibawa ke rumah sakit untuk dirawat dan perjalanan penyakit akan lebih terkendali.

Jadi, usahakan penderita dirawat sebelum memasuki fase kritis.

"Yang membuat demam berdarah komplikasi atau fatal adalah karena mengira waktu panas turun, itu sembuh. Makanya, identifikasi paling efektif adalah saat demam di awal," ucap dr. Yudhie.

Baca juga: Cegah Bahaya Nyamuk Demam berdarah, Ibu Bisa Lakukan Ini di Rumah

Lalu, ketika panas turun, bagaimana membedakan apakah itu adalah demam yang sembuh atau fase kritis demam berdarah?

Dr. Yudhi menyebutkan, jika panas turun karena sembuh, penderita cenderung merasa tubuhnya lebih nyaman dan gejala juga membaik.

Misalnya, meriang yang awalnya dirasakan hilang, nafsu makan kembali, atau anak yang tadinya terlihat lemas saat demam menjadi semangat bermain lagi.

Namun, hal sebaliknya terjadi pada penderita demam berdarah yang memasuki masa kritis.

"Panasnya turun, tapi kondisi justru lemas, tidak mau bangun. Itu perlu curiga kuat. Segera bawa ke IGD, jam berapa pun kejadiannya. Itu masa kritis," tuturnya.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com