Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Toxic Masculinity dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental Laki-laki

Kompas.com - 19/10/2020, 17:41 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Sejak kecil, banyak anak laki-laki yang diajarkan untuk menjadi pria yang tangguh dan kuat. Mereka kemudian memandang aktivitas “rumahan” seperti memasak dan menyapu hanya patut dilakukan perempuan.

Anggapan yang lalu kepleset menjadi perilaku menonjolkan kekerasan ini merupakan contoh dari toxic masculinity. Apa arti istilah tersebut?

Toxic masculinity dapat didefinisikan sebagai perilaku sempit terkait peran gender dan sifat laki-laki. Dalam toxic masculinity, definisi maskulinitas yang lekat sebagai sifat pria identik dengan kekerasan, agresif secara seksual, dan tidak boleh menunjukkan emosi.

Definisi senada dipaparkan dalam sebuah studi yang dimuat dalam Journal of Psychology.

Studi ini mengartikan toxic masculinity sebagai kumpulan sifat maskulin dalam konstruksi sosial yang difungsikan untuk mendorong dominasi, kekerasan, homofobia, dan perendahan terhadap perempuan.

Dari definisi di atas, pengertian toxic masculinity memang sesuai dengan makna harafiahnya, yakni maskulinitas beracun.

Artinya, orang yang menunjukkan perilaku itu memiliki kecenderungan untuk melebih-lebihkan standar maskulin pada laki-laki.

Dari definisi di atas pula, maskulinitas yang berlebihan dapat ditunjukkan dengan agresivitas terhadap orang lain, mengagungkan kekerasan, merendahkan perempuan dan orang non-heteroseksual, serta “larangan” untuk memperlihatkan kesedihan.

Baca juga: Alasan Mengapa Pria Sulit Menangis

Contoh sifat dan perilaku toxic masculinity

Untuk memudahkan kita memahami perilaku ini, berikut beberapa contoh perwujudan toxic masculinity yang kerap dilakukan maupun disematkan pada laki-laki:

  • Tidak boleh mengeluh dan menangis
  • Melakukan tindak kekerasan pada orang lain
  • Menunjukkan dominasi dan kekuasaan terhadap orang lain
  • Melakukan kekerasan dan agresivitas seksual terhadap pasangan dan orang lain
  • Merasa tidak perlu membela hak perempuan dan kaum marjinal lain
  • Mengagungkan tindakan berisiko, seperti menyetir kendaraan dengan kecepatan tinggi dan mengonsumsi obat terlarang
  • Enggan untuk melakukan aktivitas yang dianggap hanya milik perempuan, seperti memasak, menyapu rumah, berkebun, dan mengasuh anak

Mengapa toxic masculinity berbahaya?

Toxic masculinity dapat berbahaya karena membatasi definisi sifat seorang pria dan mengekang pertumbuhannya dalam bermasyarakat.

Pembatasan definisi tersebut dapat menimbulkan konflik dalam dirinya dan lingkungan pria tersebut.

Toxic masculinity juga memberikan beban pada laki-laki yang dianggap tidak memenuhi standar maskulinitas beracun di atas.

Apabila seorang pria dibesarkan melalui pandangan sempit toxic masculinity, ia akan merasa bahwa ia hanya bisa diterima masyarakat dan lingkungannya jika menunjukkan perilaku beracun tersebut.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com