Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya Hidup Pasangan Bisa Memengaruhi Kesehatan, Ini Alasannya

Kompas.com - 28/10/2020, 17:33 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Gaya hidup pasangan ternyata bisa memengaruhi bagaimana kondisi kesehatan kita di masa depan. Jika pasangan bergaya hidup tidak sehat, besar kemungkinan kita juga beresiko menderita penyakit kronis.

Hal itu dibuktikan oleh hasil studi dari tim peneliti dari Brigham dan Rumah Sakit Wanita di Boston yang mengamati lebih dari 5.000 pasangan.

Mereka menentukan apakah setiap individu berada dalam kategori ideal, menengah, atau tidak ideal untuk masing-masing faktor risiko dan perilaku " Life’s Simple 7" (LS7) yang didefinisikan oleh American Heart Association.

LS7 meliputi status merokok, indeks massa tubuh, aktivitas fisik, skor pola makan sehat, kolesterol total, tekanan darah, dan gula darah puasa.

Hasilnya, sebanyak 79 persen pasangan masuk dalam kategori tidak ideal dari perspektif kesehatan karena pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik.

"Empat dari lima pasangan berada di kelompok tidak ideal. Pasangan dalam kategori tidak ideal itu juga memiliki risiko terkena penyakit jantung," kata salah satu peneliti dari Brigham dr. Samia Mora, MHUS kepada Healthline.

Baca juga: 4 Hal Penting yang Bisa Cegah Penyakit Jantung, Sudah Tahu?

Mora mengungkapkan,  alasan orang berpasangan itu berbeda-beda. Ada banyak faktor yang memengaruhinya, seperti latar belakang sosial ekonomi, pola makan, dan pilihan gaya hidup.

Apalagi, di masa pandemi Covid-19 banyak pasangan yang menghabiskan waktu mereka bersama di rumah.

Sehingga pasangan cenderung melakukan kegiatan yang sama, baik itu menonton televisi, makan berlebihan, atau bahkan merokok bersama.

Pesan yang dapat dipetik dari penelitian ini, supaya orang-orang lebih meningkatkan kesehatan dan menjadi pengaruh yang positif bagi pasangan mereka.

"Studi ini sebenarnya ingin menunjukkan lebih dari sekedar kebutuhan pasangan untuk saling mendukung," ujar Mora.

"Tetapi juga tentang minimnya informasi kesehatan di unit rumah tangga dalam sistem perawatan kesehatan," sambung dia.

Dia berharap, studi ini dapat memfokuskan kembali perawatan medis pada unit keluarga dan bukan hanya pada individu.

“Khususnya di saat pandemi, banyak keluarga yang menjadi pusat penyebaran Covid-19. Sehingga kita perlu mengatasi tantangan kesehatan ini di tingkat keluarga," jelasnya.

Sementara itu, seorang psikolog yang merupakan profesor di departemen psikologi University of Florida memberikan tips untuk mengalihkan pasangan ke sesuatu yang positif.

Halaman:
Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com