Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/11/2020, 19:05 WIB
Maria Adeline Tiara Putri,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 10.9 persen dan diprediksi akan terus meningkat.

Sayangnya, sebagian besar orang tidak menyadari jika dirinya terkena diabetes. Kondisi inilah yang lantas membuat diabetes dijuluki sebagai silent killer.

Ya, banyak kasus diabetes yang baru diketahui setelah terjadinya komplikasi.

Nah, demi mencegah keadaan tersebut, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah rutin melakukan pemeriksaan kesehatan atau medical check-up (MCU).

Baca juga: Ini Alasannya Obesitas Bisa Sebabkan Diabetes

Ahli endokrinologi Dr dr Sony Wibisono, SpPD-KEMD, FINASIM mengatakan, idealnya MCU rutin dilakukan setahun sekali ketika sudah memasuki usia 40 tahun.

Pemeriksaannya pun tidak sebatas gula darah. “Banyak komponen yang harus diperiksa untuk menentukan skor diabetes."

Demikian dikatakan Sony dalam webinar Bersama Diabetasol Sayangi Dia, Selasa (3/11/2020).

Sony mengatakan, penentuan skor menjadi penting untuk memprediksi diabetes ringan, sedang, atau berat.

Ada pun komponen yang diperiksa menyangkut usia, jenis kelamin, berat badan (masuk kategori obesitas atau tidak), tekanan darah, serta kadar gula darah dan kolesterol.

Baca juga: Kunyit dan Madu, Tingkatkan Imun hingga Pangkas Kolesterol

Selain itu, dalam pemeriksaan akan ditanyakan apakah memiliki riwayat keturunan diabetes dan lahir dengan berat badan lebih dari empat kilogram atau tidak.

Makin banyak komponen yang positif dari pemeriksaan tersebut, maka risiko diabetes semakin besar.

Hal ini juga lalu akan berpengaruh terhadap frekuensi untuk melakukan MCU.

Apabila pemeriksaan menunjukkan hasil normal, maka MCU selanjutnya bisa dilakukan 2-3 tahun sekali.

Namun, jika ada faktor risiko sedang atau berat, frekuensinya menjadi lebih sering yakni 3-6 bulan sekali.

Sayangnya, kesadaran masyarakat di Indonesia untuk memeriksakan kesehatan pun masih tergolong rendah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com