Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Sulit Konsentrasi, Waspadai Kekurangan Zat Besi

Kompas.com - 25/01/2021, 20:06 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Meski termasuk dalam zat gizi mikro, namun kekurangan zat besi dapat berpengaruh besar pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah gangguan konsentrasi belajar.

Ahli gizi ibu dan anak, Prof.Dr.drg.Sandra Fikawati, MPH, yang akrab disapa Fika, mengatakan jutaan anak mengalami pertumbuhan terhambat, keterlambatan kognitif, kekebalan yang lemah, dan penyakit akibat defisiensi zat besi.

“Padahal anak usia prasekolah butuh dukungan lingkungan yang baik, terutama dukungan gizi seimbang. Jika orangtua tidak waspada, dampaknya akan diketahui saat sudah terlambat,” katanya dalam acara media diskusi terkait Hari Gizi Nasional yang diadakan oleh Danone Specialized Nutrition, Senin 25 Januari 2021.

Ia menjelaskan, zat besi adalah unsur utama dalam hemoglobin (Hb) yang berfungsi mengantarkan oksigen dari paru ke seluruh tubuh. Defisiensi zat besi membuat konsentrasi Hb dalam darah rendah sehingga pasokan untuk sel-sel tubuh berkurang.

Baca juga: Orangtua, Ketahui Lamanya Konsentrasi Belajar Anak Sesuai Usia

Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi balita anemia di Indonesia terus meningkat, dari 28,1 persen di tahun 2013 menjadi 38,5 persen di tahun 2018.

“Anemia defisiensi zat besi ini memang rentan dialami anak, terutama di akhir masa bayi dan awal masa kanak-kanak,” ujar dosen di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini.

Penyebab tertinggi kekurangan zat besi pada balita di Indonesia, lanjut Fika, adalah kurangnya asupan zat besi dari makanan ibu saat hamil atau kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi anak.

“Untuk itu setelah mendapat makanan pendamping ASI harus mendapat makanan sumber zat besi, terutama protein hewani seperti daging, ikan, unggas, atau susu,” paparnya.

Baca juga: Awas, Anak Remaja Gampang Capek dan Ngantuk Saat Belajar Mungkin Akibat Anemia

Kemampuan belajar

Dokumen WHO menyatakan, ada bukti kuat bahwa kekurangan zat besi terlihat secara meyakinkan menunda perkembangan psikomotor dan mengganggu kinerja kognitif anak prasekolah dan anak usia sekolah di Mesir, India, Indonesia, Thailand, dan Amerika Serikat.

Ilustrasithinkstockphotos Ilustrasi

Diperkirakan 30-80 persen anak di negara berkembang, mengalami kekurangan zat besi pada usia 1 tahun.

Anak-anak ini akan mengalami keterlambatan perkembangan kognitif maupun psikomotor, dan ketika mereka mencapai usia sekolah mereka akan mengalami gangguan kinerja dalam tes bahasa keterampilan, keterampilan motorik, dan koordinasi, setara dengan defisit 5 hingga 10 poin dalam IQ.

Ketua Himpunan Pengajar Anak Usia Dini (Himpaudi) Prof.Dr.Ir.Netti Herawati mengatakan, hak sehat adalah hak setiap anak, termasuk mendapat kesehatan dan makanan.

Baca juga: Anak Lalai Kerjakan Tugas Sekolah Daring, Orangtua Harus Apa?

“Anak yang kekurangan zat besi menunjukkan belum terpenuhinya hak mendapat makanan dan pendidikan yang berkualitas,” katanya dalam acara yang sama.

Ia memaparkan, analisis perkembangan anak usia dini di Indonesia tahun 2018 menyebutkan, ketahanan konsentrasi anak lebih rendah.

“Sangat disayangkan karena hal ini berhubungan dengan kemampuan literasi dan numerasi anak,” ujar Netti.

“Otak anak sudah disiapkan untuk belajar. Pintunya ada dua, yaitu nutrisi gizi dan nutrisi hati atau stimulasi,” imbuhnya.

Gizi dan stimulasi seharusnya diberikan secara beriringan. Anak yang kekurangan gizi tidak akan mau belajar, sehingga orangtua harus memastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup dari makanan yang diasupnya setiap hari.

Baca juga: 1 dari 3 Anak Indonesia Anemia, Kebanyakan karena Kekurangan Zat Besi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com