Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Bisa Jadi Korban Pelecahan Seksual, tetapi Malu Melapor

Kompas.com - 06/04/2021, 16:46 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pelecehan seksual juga bisa menimpa saja, termasuk pria, meskipun sangat jarang terekspos.

Stigma yang berkembang di masyarakat membuat banyak korbannya ragu untuk melaporkan kejadian yang dialaminya.

Pelecehan seksual merupakan tindakan serius yang bisa menyebabkan trauma mendalam pada korban. Bentuknya bisa berupa ucapan, tindakan, isyarat dan ajakan terkait seks yang tidak diinginan oleh pihak lain.

Kebanyakan korbannya wanita, tetapi pria juga sering mengalaminya. Biasanya kaum adam jarang melaporkannya karena takut dianggap lemah dan tidak mendapatkan dukungan yang tepat.

Tak jarang mereka malah menjadi bahan olok-olok, bukan simpati dan pertolongan seperti seharusnya.

Baca juga: Viral, Seorang Pria Mengaku Alami Pelecehan Seksual oleh Teman Lelakinya di Setiabudi

Laporan Equal Employment Opportunity Commission (EEOC ) menyebutkan pria kerap jadi korban pelecehan seksual di tempat kerja. 

Lembaga perlindungan pegawai di Amerika Serikat ini menyebutkan 17,1 persen dari 6.822 klaim pelecehan seksual pada 2015 diajukan oleh pria.

Bentuknya berupa ajakan yang tidak diinginkan, julukan seksual yang menyinggung dan paksaan untuk kencan.

Pelakunya juga bukan hanya sesama pria, tetapi juga dari kalangan wanita. Tak hanya dari rekan sejawat, datang pula dari atasan di kantor.

Pelecahan sesama pria juga bisa mencakup perpeloncoan berbasis seksual yang dampaknya bisa sama buruknya.

Laporan dari lembaga Pemerintah AS ini menyebutkan besar kemungkinan ada lebih banyak pria yang jadi korban.

Baca juga: 6 Cara Kenali Beda antara Pujian dan Pelecehan

Sulit untuk mendapatkan angka pasti karena banyak yang tidak melapor karena takut diejek.

Masyarakat kerapkali berpendapat jika pria tidak seharusnya menjadi pihak yang lemah sehingga bisa dilecehkan.

Pria dianggap seharusnya bisa menjaga dirinya sendiri dan menangani masalah tersebut.

Karena itu, kebanyakan takut jika detail kejadian yang dialaminya itu malah tersebar lalu berdampak buruk diri mereka dan masa depannya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com