KOMPAS.com - Menjadi produktif adalah kebiasaan yang positif. Namun, seseorang yang terlalu produktif dan mengerjakan banyak tugas secara berlebihan bukanlah hal yang baik.
Seperti dilansir New York Times, segala sesuatu bisa dikatakan "toxic" atau beracun jika berlebihan.
Hal itu juga berlaku dalam hal produktivitas. Jika kita bekerja terlalu keras sampai melupakan istirahat, maka itu dinamakan toxic productivity.
Toxic productivity adalah kondisi yang sering dialami para ibu, bahkan tidak disadari.
Menurut Huffington Post, toxic productivity adalah kebutuhan yang tidak sehat untuk selalu produktif.
Seseorang tidak mampu berhenti bekerja atau menyelesaikan tugas kantor, dan kebiasaan itu dibawa hingga ke rumah.
Baca juga: Kenali Produktivitas Toksik, Sumber Kelelahan dan Bosan Bekerja
Para ibu selalu mengurus pekerjaan rumah dan mengawasi anak-anak. Ibu juga tidak dapat bersantai ketika anak tidur atau sibuk bermain dan belajar.
Karena produktivitas sering dipandang sebagai kebiasaan yang baik, kita sulit memerhatikan apabila kita terjebak dalam toxic productivity.
Mengutip Create Cultivate, ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa ibu mengalami toxic productivity:
Baca juga: Jangan Sepelekan, Kenali Burnout karena Pekerjaan dan Pencegahannya
Menghentikan toxic productivity
Para ibu disarankan meluangkan waktu untuk fokus merawat diri. Jika diabaikan, maka ibu akan menderita penyakit, baik secara fisik maupun mental.
Menurut WMC 5, ada beberapa hal yang bisa dilakukan ibu untuk menghadapi toxic productivity. Salah satunya yaitu menetapkan batasan.
Ibu juga dapat membuat jadwal terkait tugas apa saja yang bisa diselesaikan dan menambahkan waktu beristirahat pada jadwal tersebut.
Apabila merasa terganggu dengan telepon, email kantor atau notifikasi pesan singkat, ibu dapat mematikan ponsel di waktu tertentu.
Menetapkan batasan dengan diri kita adalah cara terbaik untuk memastikan kita memiliki produktivitas yang sehat.
Baca juga: Ingat, Mengasuh Anak Bukan Cuma Tugas Ibu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.