Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Jam Kerja yang Panjang Tingkatkan Risiko Kematian

Kompas.com - 19/05/2021, 09:01 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Baru-baru ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyebut bahwa menghabiskan waktu berjam-jam di tempat kerja dapat menguras emosi, fisik, dan meningkatkan risiko kematian.

Studi peer-review — yang menurut WHO merupakan analisis global pertama dari jenisnya — menemukan bahwa 488 juta orang di seluruh dunia bekerja dalam jam kerja yang panjang yakni 55 jam atau lebih, per minggu.

Para peneliti menyimpulkan, orang yang bekerja berjam-jam memiliki risiko 35 persen lebih tinggi terkena stroke dan risiko penyakit jantung 17 persen lebih tinggi, dibandingkan dengan mereka yang bekerja 35 hingga 40 jam per minggu.

Baca juga: Hati-hati, Sering Lembur Tingkatkan Risiko Diabetes pada Wanita

Pada tahun 2016, tahun fokus penelitian, terdapat sekitar 745.194 kematian akibat stroke dan penyakit jantung.

WHO memperingatkan bahwa jam kerja yang panjang sedang meningkat di seluruh dunia, sehingga lebih banyak orang  berisiko mengalami kecacatan terkait pekerjaan dan kematian dini.

Badan tersebut juga prihatin tentang kemungkinan dampak pandemi Covid-19 karena jutaan orang telah menghabiskan lebih dari setahun yang melelahkan dengan jam kerja yang lebih lama dari rumah.

Baca juga: Punya Hipertensi, Hindari Begadang dan Stres

"Bekerja dari rumah juga seringkali mengaburkan batasan antara rumah dan pekerjaan," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam siaran pers.

"Selain itu, banyak bisnis terpaksa mengurangi karyawan atau menghentikan operasi untuk menghemat uang dan orang-orang yang masih dipertahankan akan bekerja lebih lama," lanjut dia.

Namun jauh sebelum pandemi, pakar kesehatan masyarakat dan penyedia layanan kesehatan telah menyuarakan kewaspadaan tentang betapa berbahayanya jam kerja yang panjang bagi kesehatan masyarakat, apa pun industrinya.

Kelelahan, misalnya, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko pilek dan flu, serta masalah kronis seperti sakit kepala, gangguan tidur, gangguan pencernaan, dan hipertensi.

Baca juga: Jangan Sepelekan, Kenali Burnout karena Pekerjaan dan Pencegahannya

Di samping itu, kelelahan juga dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang serius seperti depresi klinis.

Para peneliti telah memahami bahwa jam kerja yang panjang sangat berbahaya bagi kesehatan kardiovaskular.

Meskipun alasannya tidak begitu jelas, namun orang-orang dengan jam kerja yang panjang otomatis tak punya waktu untuk melakukan aktivitas yang sehat seperti berolahraga atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman.

Baca juga: Kenali Produktivitas Toksik, Sumber Kelelahan dan Bosan Bekerja

Pekerja tersebut mungkin juga terpapar banyak hal berbahaya di tempat kerja, mulai dari tuntutan kerja yang tinggi, kurangnya cahaya, paparan debu, hingga bahan kimia beracun.

Laporan baru menemukan beberapa perbedaan mengenai siapa yang memiliki risiko terbesar untuk hasil yang serius akibat jam kerja yang panjang.

Risiko kematian tertinggi lebih banyak terjadi pada pria, orang-orang yang tinggal di kawasan Pasifik Barat dan Asia Tenggara, serta pekerja paruh baya atau lebih tua.

Tetapi temuan ini juga memperjelas bahwa menghabiskan waktu yang sangat lama di tempat kerja berpotensi berbahaya bagi semua orang, tidak peduli bidang pekerjaan atau kondisi kesehatan mereka.

"Bekerja 55 jam atau lebih per minggu adalah bahaya kesehatan yang serius," ungkap Direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan WHO, Maria Neira.

"Sudah saatnya kita semua, pemerintah, pengusaha, dan karyawan menyadari fakta bahwa jam kerja yang panjang dapat menyebabkan kematian dini," imbuh dia.

Baca juga: Bankir Goldman Sachs Keluhkan Jam Kerja yang Capai 95 Jam dalam Sepekan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com