Oleh: Novi Hidayati Afana dan Meylisa Permata Sari
SAAT INI, siapa sih yang tidak memiliki akun Instagram? Pada tahun 2020, pengguna Instagram di seluruh dunia telah melewati angka satu miliar pengguna.
Indonesia merupakan negara penyumbang pengguna Instagram keempat terbesar di dunia. Angka pemilik akun Instagram dari Indonesia telah menyentuh lebih dari 63 juta. Artinya, hampir 1 dari 4 orang Indonesia memiliki akun Instagram.
Instagram seringkali dijadikan sebagai tempat untuk membagikan sekilas info kehidupan kita dan mengikuti kehidupan orang-orang di sekeliling kita.
Selain mengikuti kenalan, Instagram juga digunakan untuk mengikuti kehidupan orang eksis di sosial media, yang kini sering disebut sebagai Instagram influencer.
Berbeda dengan selebriti pada umumnya, Instagram influencer merupakan pengguna Instagram yang memiliki pengaruh pada banyak individu.
Sekarang ini orang-orang lebih memercayai informasi yang diberikan oleh influencer dibandingkan selebriti tradisional karena dianggap lebih relatable dan menarik untuk diikuti, terutama bagi kaum muda-mudi.
Untuk remaja ataupun dewasa muda, mengikuti kehidupan Instagram influencer menjadi sebuah hal yang wajar karena mereka dipandang sebagai sosok "orang biasa" yang dapat menjadi sumber informasi dan inspirasi dalam kehidupan sehari-hari.
Sayangnya, di balik dampak positif yang diberikan oleh Instagram influencer, penelitian menemukan bahwa paparan terhadap Instagram influencer seringkali membuat kita memiliki ekspektasi yang tidak realistis mengenai hidup.
Pada akhirnya, hal itu dapat menurunkan kesehatan mental seperti menjadi merasa kesepian, kurang percaya diri, menganggap penampilannya tidak baik, atau bahkan sampai depresi.
Kok bisa?
Saat menggunakan social media dan melihat sosok yang relatable, secara tidak sadar kita membandingkan kehidupan kita dengan gambaran kehidupan yang dipresentasikan oleh orang tersebut, dalam hal ini adalah Instagram influencer (Feltman & Szymanski, 2018).
Seperti dilansir dari Psychology Today, Thomas Mussweiler, profesor dalam bidang perilaku organisasi di London Business School, menyatakan, "Tidak dapat dihindari, kita menghubungkan informasi mengenai orang lain dengan diri kita sendiri".
Hal tersebut adalah salah satu cara mendasar yang kita gunakan untuk mengenali dan mengembangkan pemahaman tentang siapa diri kita.
Kita akan melakukannya secara spontan dan otomatis serta kapan pun kita dihadapkan dengan orang lain.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.