Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Solusi Perubahan Iklim Lewat Keterampilan Digital

Kompas.com - 11/06/2021, 07:56 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Kemampuan digital yang dimiliki orang-orang muda bisa dimanfaatkan untuk menciptakan inovasi atau solusi di bidang perubahan iklim.

Singapore International Foundation (SIF) belum lama ini menggelar Climate Hack 2021, kompetisi hackathon virtual yang diikuti oleh orang-orang muda dan mahasiswa dari negara-negara Asia.

Kegiatan yang digelar Maret hingga Mei 2021 ini diikuti oleh 500 peserta dari 16 negara di Asia. Sembilan tim dari lima negara berhasil mencapai babak final dan terpilih 5 tim pemenang, dua di antaranya adalah dari Indonesia.

Mereka adalah tim Not Samsan Tech yang berhasil menjadi juara pertama dengan karyanya e-CO2mmurz, sebuah ekstensi browser yang menginformasikan pengguna tentang jejak karbon yang dihasilkan ketika kita berbelanja di e-commerce.

Baca juga: Konsumsi Makan dengan Jejak Karbon Rendah Bantu Selamatkan Lingkungan

Tim ini terdiri dari Dharmawan Santosa, Raihan Hamid Suraperwata dan Clarissa Audrey Chinara.

Tim lain adalah Gold Digger yang membuat aplikasi Agrow. Tim yang terdiri dari empat mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung ini membuat prototype aplikasi seluler yang bisa memprediksi permintaan dan harga tanaman.

Tim Not Samsan Tech yang berhasil menjadi juara pertama di ajang Climate Hack 2021.Dok SIF Tim Not Samsan Tech yang berhasil menjadi juara pertama di ajang Climate Hack 2021.

Solusi untuk kehidupan sehari-hari

Dharmawan Santosa, perwakilan dari tim Not Samsan Tech, mengatakan ekstensi browser yang diciptakannya diharapkan bisa memberi informasi yang mudah tentang jejak karbon bagi konsumen e-commerce.

“Selama ini sebenarnya orang banyak mager (malas-red) untuk mengisi berbagai data saat berbelanja di e-commerce, tapi tetap ingin menjaga lingkungan. Karya kami ini hanya berupa pop-up tambahan saat kita akan membeli barang,” kata Dharmawan saat berbincang secara virtual (9/6/2021).

Ia berharap informasi tentang jejak karbon itu bisa membuat orang akan lebih peduli akan jejak karbon yang dihasilkan ketika membeli suatu barang.

Baca juga: 5 Kebiasaan Sederhana di Rumah yang Bisa Memerangi Perubahan Iklim

“Untuk orang yang sudah paham isu perubahan iklim dia akan berpikir dua kali dan mencari yang jejak karbonnya rendah. Sedangkan untuk yang belum peduli bisa memicu rasa ingin tahu dan mencari informasi tambahan, sehingga timbul kesadaran akan lingkungan,” paparnya.

Rumus perhitungan jejak karbon tersebut, lanjutnya, dibuat berdasarkan perhitungan material produk, jarak dari penjual ke konsumen, hingga kuantitas barang.

“Nantinya akan dimasukkan juga perhitungan wrapping atau kemasan barangnya,” ujarnya.

Baca juga: Hari Bumi: Ketahui 10 Dampak Perubahan Iklim di Indonesia

Tim Gold Digger yang membuat prototipe aplikasi Agrow untuk memprediksi harga hasil pertanian.Dok SIF Tim Gold Digger yang membuat prototipe aplikasi Agrow untuk memprediksi harga hasil pertanian.

Sementara itu, James Chandra dari Gold Digger menceritakan ide pembuatan Agrow berasal dari keprihatinan ia dan teman-temannya pada fluktuasi harga hasil pertanian di Indonesia.

“Dengan harga yang berfluktuasi, terkadang hasil panen tidak bisa terjual karena harga terlalu rendah atau harga pangan sangat mahal dan tidak terbeli konsumen. Saat harga terlalu rendah hasil panen sering terbuang dan menghasilkan sampah makanan. Ini masalah prevalen dan tentu berkontribusi pada perubahan iklim,” kata James dalam kesempatan yang sama.

Gold Digger yang beranggotakan James, Nathaniel Jason, Yudha Perdana, dan Muhammad Dzaki Razaan Faza ini, lalu menciptakan aplikasi seluler yang bisa memprediksi permintaan dan harga tanaman.

Baca juga: Berkat Petani Milenial, Ekspor Hasil Pertanian Jateng Capai Rp 2,51 Triliun

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com