Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Mitos Seputar Penyakit Jantung yang Tak Perlu Dipercaya

Kompas.com - 15/06/2021, 12:41 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Penyakit jantung masih menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia.

Melansir Eurekalert, ini adalah data menurut Statistik Penyakit Jantung dan Stroke yang dirilis American Heart Association pada Januari 2021 di jurnal Circulation.

Secara global, hampir 18,6 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular pada 2019. Ini merupakan tahun terakhir penghitungan statistik itu dilakukan di seluruh dunia.

Para ahli mengingatkan bahwa pengaruh luas pandemi Covid-19 juga akan memengaruhi peringkat penyakit jantung di tahun-tahun mendatang.

Meski begitu, miskonsepsi atau mitos seputar penyakit jantung dan pencegahannya masih saja ada di masyarakat.

Melansir Cleveland Clinic, berikut sejumlah mitos seputar penyakit jantung yang perlu diketahui dan sebaiknya tak dipercaya:

1. Hanya terjadi jika ada riwayat keturunan

Faktor genetik terkadang memang berperan penting terhadap pengembangan penyakit arteri koroner.

Namun, menurut Ketua Departemen Bedah Toraks dan Kardiovaskular Cleveland Clinic, A Marc Gilinov, MD, 90 persen penyakit jantung disebabkan oleh gaya hidup yang tidak baik.

Ini termasuk pola makan tidak sehat, kebiasaan merokok, hingga sedikit atau tanpa olahraga.

Baca juga: Waspada Penyakit Jantung, Perhatikan Tanda-tanda Ini Saat Berolahraga

2. Kolesterol baik dapat seimbangkan kolesterol jahat

Penelitian terbaru menemukan bahwa meningkatkan konsumsi sumber kolesterol baik (HDL) tak lantas dapat membantu menyeimbangkan kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh.

Alih-alih memerhatikan kolesterol total, yang termasuk kolesterol baik dan jahat, lebih baik kita fokus dengan LDL saja.

Kadar HDL tinggi dalam tubuh memang baiik. Tapi, itu berarti tubuh kita masih menyimpan kolesterol di arteri yang dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, dan penyakit lainnya.

3. Menurunkan LDL hanya lewat makanan

Menurut Gillinov, jika kadar LDL kita sangat tinggi, kitaa memerlukan statin atau obat penurun kolesterol lainnya untuk menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.

Sebab, hati akan menghasilkan sekitar 75 pesen kolesterol dalam tubuh dan pola makan hanya bertanggung jawab atas 25 persen lainnya.

Pola makan sehat memang dapat menurunkan LDL kita, tapi konsumsi obat penurun kolesterol menjadi penting jika kita memiliki LDL yang sangat tinggi dan riwayat penyakit arteri koroner.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com