Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang yang Antivaksin Bisa Membuat Covid-19 Lebih Berbahaya

Kompas.com - 22/07/2021, 08:16 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber

KOMPAS.com - Kemunculan orang-orang dengan klaim bahwa mereka antivaksin — terutama yang menolak vaksin karena menerima informasi yang tidak benar (hoax) — bisa semakin memperburuk situasi pandemi.

"Orang-orang yang tidak mau divaksin adalah orang-orang yang akan membuat pandemi ini terus berlanjut," kata profesor epidemiologi di UNLV School of Public Health, Brian Labus, PhD.

Alasannya, orang yang tidak divaksin akan membuat virus lebih mudah bermutasi menjadi makin berbahaya bila menjangkitinya. 

Orang-orang yang tidak divaksin ini sangat berisiko menyebarkan virus corona varian baru hasil mutasi.

Itulah mengapa, wilayah atau negara yang tingkat vaksinasinya rendah bisa menjadi tempat-tempat dengan jumlah kasus dan rawat inap baru Covid-19 tertinggi.

"Semakin banyak orang yang terinfeksi virus, maka akan lebih hebat virus itu menginfeksi orang," jelas seorang profesor biologi di Stanford University, Erin Mordecai, PhD.

Mordecai juga menambahkan bahwa setiap infeksi baru itu sama dengan tiket lotre yang dibeli oleh virus.

Jika terjadi lebih banyak infeksi, berarti lebih banyak peluang virus untuk menang sehingga mampu menembus efektivitas vaksin.

Baca juga: Waspada, Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Lebih Menular dari Sebelumnya

Tidak semua orang bisa mengakses vaksin

Saat ini, varian delta yang paling mendominasi di berbagai negara. Varian yang pertama kali ditemukan di India itu 60 persen lebih menular.

Kabar baiknya, bagi kita yang sudah divaksin penuh (dua dosis), kita dapat meminimalisir angka kesakitan baru terhadap Covid-19 varian delta.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi penuh dari AstraZeneca atau Pfizer 95 persen efektif melawan virus. Tetapi jika kita hanya divaksin sebagian, angka itu turun menjadi 10 persen.

Sementara itu, di beberapa tempat, akses untuk mendapatkan vaksin masih sangat rendah. Di benua Afrika, hanya 1,2 persen yang divaksin penuh dan di Afrika Selatan, hanya 2,5 persen dari populasi yang divaksinasi penuh.

Bahkan, mungkin hingga tahun 2023, negara-negara yang berpenghasilan rendah belum banyak menerima vaksin penuh karena kurangnya ketersediaan vaksin Covid-19.

"Untuk memiliki dampak nyata pada kesehatan dan kehidupan membutuhkan lebih dari sekadar sains," kata direktur MD dari Duke Global Health Innovation Center, Krishna Udayakumar.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com