BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif

Bikin Rumah Tambah Nyaman dengan Sentuhan 3 Kain Tradisional Ini

Kompas.com - 30/07/2021, 09:23 WIB
Hotria Mariana,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Terdiri dari banyak pulau dan suku membuat Indonesia begitu kaya akan budaya. Salah satu kekayaannya terlihat dari ragam kain tradisional yang dimiliki setiap daerah #DiIndonesiaAja. Beberapa kain bahkan terkenal hingga mancanegara.

Awalnya, kain tradisional Nusantara hanya dikenakan sebagai pelengkap fesyen. Seiring waktu, pengaplikasiannya semakin meluas. Tak sedikit orang memanfaatkan kain tradisional untuk mempercantik hunian sehingga rumah jadi lebih nyaman.

Selain memberikan sentuhan estetis, memasukkan elemen kain tradisional ke dalam hunian juga menjadi cara tepat untuk melestarikan budaya Indonesia, sekaligus memperkuat identitas bangsa di tengah gempuran budaya asing.

Pemilik Sendean Designs, usaha yang secara khusus mengeksplorasi kain tradisional, Hari Ratih Fitriyani mengatakan bahwa kain dan motif tradisional Indonesia sangat istimewa. Sebab, tiap jenis kain memiliki kisah tersendiri.

“Pembuatannya pun sangat panjang, kaya akan kearifan lokal, dan seolah tak habis untuk dieksplorasi karena karakter dan motifnya sangat beragam,” kata Ratih dikutip dari Idea Online, Rabu (12/12/2018).

Ada banyak cara mengaplikasikan kain tradisional ke dalam interior rumah, mulai dari menjadikannya sebagai kain pelapis sofa atau kursi, taplak meja, gorden, sarung bantal, tambahan aksen untuk seprai, hingga hiasan dinding.

Lantas, kain tradisional apa yang bisa digunakan untuk mempercantik hunian? Berikut ulasannya.

Motif batik kawung.iStock/jagonya Motif batik kawung.

Batik kawung

Batik merupakan mahakarya leluhur bangsa Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia. Tak heran, banyak orang senang menggunakan kain tersebut, termasuk memanfaatkannya sebagai elemen dekorasi.

Adapun batik yang kerap dijadikan dekorasi interior rumah adalah batik kawung asal Yogyakarta. Wastra ini memiliki motif berupa bulatan-bulatan yang tersusun secara geometris.

Berbagai sumber menyebut bahwa pola itu terinspirasi dari buah kawung atau aren. Ada pula yang menafsirkan motif itu sebagai bunga lotus yang tengah merekah.

Dalam kebudayaan Jawa, motif tersebut punya makna mendalam, yaitu kesempurnaan, kesucian, dan kemurnian. Sementara, susunan geometris merupakan lambang keberadaan kehidupan manusia.

Selain itu, motif kawung juga melambangkan keperkasaan dan keadilan. Karenanya, batik kawung pada zaman dahulu hanya dipakai oleh orang-orang tertentu. Misalnya, pejabat kerajaan.

Dilansir dari Kompas.id, Senin (25/9/2016), batik kawung disinyalir telah ada sejak abad ke-8 atau pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Hal ini terbukti dari penemuan ukiran kawung pada Candi Prambanan. Tepatnya, pada arca Ganesha di zona Candi Siwa.

Pada arca tersebut, sang anak Dewa Siwa itu terlihat memakai selempang berhiaskan bunga mirip kawung yang sering dijumpai pada lembaran batik klasik.

Sebagai rekomendasi, kamu bisa mengaplikasikan batik kawung menjadi sarung untuk menutupi sejumlah perabot rumah, seperti dispenser, kotak tisu, dan bantal sofa. Selain itu, kain etnik tersebut juga bisa dijadikan aksen tambahan pada seprai dan taplak meja.

Kain tenun tradisional lurik asal Yogyakarta.Dok. Kemenparekraf Kain tenun tradisional lurik asal Yogyakarta.

Lurik

Wastra lain yang juga bisa dijadikan sebagai dekorasi interior rumah adalah lurik. Kain tenun tradisional asal Kota Gudeg tersebut tak kalah populer dengan batik. Hal ini dikarenakan lurik punya corak menarik, yaitu motif garis-garis dengan gradasi warna yang nyentrik.

Lurik berasal dari bahasa Jawa Kuno, yakni “lorek” yang berarti lajur, garis, atau berang. Pada dasarnya, lurik memiliki tiga corak. Pertama, corak lajuran dengan aksen garis-garis panjang searah helai kain.

Kedua, corak pakan malang yang bergaris searah lebar kain. Terakhir, corak cacahan yang merupakan perpaduan lanjuran dan pakan malang.

Menurut Kepala Institut Javanologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Sahid Teguh Widodo, lurik melambangkan kekuatan masyarakat agraris. Oleh karena itu, kesederhanaan melekat erat pada lurik.

Ia menambahkan, dibandingkan tenun Indonesia lain, pembuatan lurik merupakan tergolong paling sederhana. Ini lantaran corak kain hanya terdiri dari garis.

”Lurik itu milik kita (bangsa Indonesia) yang betul-betul dari bawah serta sampai sekarang hidup dan menghidupi para perajin dan masyarakat di sekitar Yogyakarta dan Solo,” kata Sahid dilansir dari Kompas.com, Selasa (25/4/20214).

Meski terkesan sederhana, pembuatan lurik tetap membutuhkan keterampilan dan kejelian dalam hal memadukan warna serta susunan garis agar menghasilkan kain lurik yang indah.

Bagi yang tertarik mempercantik rumah dengan sentuhan lurik, kamu bisa mengaplikasikan kain tersebut sebagai tirai jendela pada ruang tamu.

Tenun ikat endek khas Bali.Dok. Kemenparekraf Tenun ikat endek khas Bali.

Endek

Selain batik kawung dan lurik, kamu juga bisa menghias interior rumah dengan sentuhan endek. Kain ini merupakan jenis tenun ikat asal Pulau Dewata.

Namun, perlu diketahui, kamu mesti berhati-hati dalam memilih motif. Pasalnya, beberapa motif endek mengandung unsur sakral sehingga tidak boleh dikenakan sembarangan. Contohnya, patra dan encak saji yang hanya dikenakan saat upacara keagamaan.

Sementara, untuk penggunaan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk sebagai dekorasi, kamu bisa memilih endek dengan corak nuansa alam, seperti flora, fauna, dan tokoh pewayangan.

Endek sendiri muncul di era pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung, Bali. Kemudian, kain tersebut menyebar ke berbagai desa di Bali. Sebut saja, Desa Sulang, Desa Tenganan, dan Desa Tanglad.

Selain sarat makna, corak endek tampak begitu menarik. Tak heran, rumah mode kenamaan dunia Christian Dior menjadikannya sebagai salah satu koleksi musim semi dan panas 2021.

Untuk kebutuhan dekorasi rumah, kamu bisa menjadikan endek sebagai ornamen dinding ruang tamu.

Jadi, kain mana yang akan kamu pilih untuk mempercantik hunian nanti?

Bila belum memiliki kain tradisional tersebut, kamu bisa membelinya di sentra kerajinan yang terdapat di daerah asal kain.

Contohnya, Desa Tlingsing, Klaten, Yogyakarta yang merupakan sentra kerajinan lurik. Kemudian, Kampung Batik Giriloyo, pusat batik tulis khas keraton terbesar yang juga berada di Kota Gudeg. Lalu, Desa Sulang, Klungkung, Bali yang merupakan desa penghasil endek terbesar di Pulau Dewata.

Selain itu, kamu juga membeli kain tradisional dari sejumlah pengrajin melalui platform program #BeliKreatifLokal.

Untuk diketahui, #BeliKreatifLokal merupakan gerakan yang diprakarsai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk mendukung pelaku ekonomi kreatif (ekraf), khususnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), agar tetap produktif serta berkembang.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, program #BeliKreatifLokal diharapkan mampu membuka akses pasar, terutama di masa pandemi Covid-19, kepada wisatawan Nusantara melalui digitalisasi.

Selain itu, ia menyebut, pihaknya telah mengupayakan berbagai cara dalam meningkatkan kualitas infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) di sektor pariwisata serta ekraf Tanah Air sebelum menyambut kedatangan kembali wisatawan di sejumlah destinasi.

Salah satunya, program InDOnesia CARE (IDOCARE) yang berisi sejumlah panduan protokol kesehatan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Melalui program tersebut, masyarakat juga dapat mengetahui obyek wisata yang sudah tersertifikasi cleanliness, health, safety, environmental sustainability (CHSE).

“Hal tersebut bertujuan untuk menjaga rantai supply and demand di sektor pariwisata serta ekraf. Setelah itu, kami menuju pencapaian quick wins melalui penerapan protokol kesehatan yang disiplin, akselerasi sertifikasi CHSE, dan upaya pengaturan jumlah pengunjung agar tak terjadi kerumunan di destinasi wisata,” terang Sandi dalam laman resmi Kemenparekraf.

Kemenparekraf juga mengingatkan masyarakat untuk selalu disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes), seperti mencuci tangan dengan air dan sabun, menggunakan masker rangkap dua, menghindari kerumunan, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan menghindari makan bersama bila terpaksa melakukan perjalanan.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk mengikuti program vaksinasi Covid-19 agar imun makin kuat dalam menangkal virus SARS-CoV-2. Sebab, kesadaran menerapkan prokes yang ketat dan mengikuti program vaksinasi tak hanya dapat melindungi diri sendiri, tapi juga keluarga tercinta.

Untuk mendukung aktivitas #DirumahAja pada masa penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 di Jawa dan Bali, serta menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia ke-76, Kemenparekraf menggelar kompetisi #MelodiKemerdekaan. Kegiatan ini berlangsung selama 27 Juli-12 Agustus 2021.

Adapun tantangan kompetisi #MelodiKemerdekaan adalah membuat video menyanyikan lagu daerah Indonesia.

Ada hadiah total jutaan rupiah yang Kemenparekraf siapkan bagi peserta dengan video paling kreatif. Jadi, jangan sampai melewatkan kesempatan ini.

Untuk mengetahui informasi terbaru mengenai sektor pariwisata Indonesia, silakan mengikuti akun Instagram @pesonaid_travel.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com