Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/07/2021, 21:18 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Megan Birke (33), seorang perawat yang berasal dari Louisville, Kentucky, Amerika Serikat, berjuang untuk menurunkan berat badannya sejak 12 tahun lalu.

Usaha penurunan berat badan tersebut sebenarnya dia lakukan setelah melahirkan anak pertamanya. Namun tak juga membuahkan hasil.

Saat itu, Birke juga didiagnosis oleh dokter mengidap sindrom ovarium polikistik (PCOS), dan hipotiroidisme, yang mempersulit upaya penurunan berat badannya.

"Setelah melahirkan putra pertama, berat badan saya sempat turun beberapa kilogram, tapi kemudian bertambah lagi selama kehamilan kedua," kata dia.

Baca juga: 8 Minuman Terbaik untuk Turunkan Berat Badan, Apa Saja?

Birke mengaku sudah mencoba berbagai macam diet, dan biasanya hanya bisa membuatnya memangkas bobot antara 2-4 kilogram saja.

Kondisi ini berlangsung selama bertahun-tahun. Bahkan, dia pernah mencatat berat badan tertingginya yakni 117 kilogram, ketika menginjak usia 29 tahun.

Kelebihan berat badan itu juga membuat gejala PCOS yang dideritanya semakin memburuk.

Dia kian merasakan gejala sakit punggung, sakit kaki, dan sesak napas, yang menghambat aktivitasnya sehari-hari.

Mengubah pola makan

Baru pada 25 Maret 2019, saat usianya menginjak 31 tahun, Birke menjalani operasi penurunan berat badan, dan dia kehilangan sembilan kilogram di bulan pertama.

Namun, dia tidak lagi melanjutkan operasi, karena ingin menurunkan berat badan dengan cara yang lebih sehat untuk jangka panjang. Lalu dia memilih melakukan perubahan pola makan.

"Saya banyak membaca tentang diet apa yang terbaik untuk wanita dengan PCOS," ujar dia.

"Lalu saya menemukan manfaat dari makanan-makanan berprotein seperti ikan, telur, ayam, sayuran, buah, kacang-kacangan, biji-bijian, dan karbohidrat kompleks untuk menstabilkan gula darah," lanjut dia.

Di samping itu, dia juga berhenti mengonsumsi makanan olahan, makanan cepat saji, dan gula tambahan.

Baca juga: Air Lemon Hangat untuk Turunkan Berat Badan, Mitos atau Fakta?

Dia meyakini, yang dibutuhkan oleh tubuhnya adalah makanan yang bernutrisi seimbang.

"Awalnya, perubahan pola makan ini sulit. Selama beberapa minggu pertama saya sering mengidam dan mudah marah," ungkap dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com