Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/08/2021, 10:24 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Selain tidak nyaman, kegemukan juga membahayakan kesehatan kita.

Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), obesitas dan kegemukan adalah kondisi di mana seseorang memiliki akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang menimbulkan risiko bagi kesehatan.

Data WHO, masalah kegemukan telah berkembang menjadi proporsi epidemi, dengan lebih dari 4 juta orang meninggal setiap tahun akibat kelebihan berat badan atau obesitas pada 2017 sesuai dengan beban penyakit global.

Obesitas adalah salah satu sisi dari beban ganda kekurangan gizi. Saat ini, WHO menyebut lebih banyak orang yang mengalami obesitas daripada kekurangan berat badan di setiap wilayah di dunia, kecuali Afrika sub-Sahara dan Asia.

Kegemukan dan obesitas merupakan faktor risiko utama untuk sejumlah penyakit kronis, termasuk penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke, yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia.

Kegemukan juga dapat menyebabkan diabetes dan kondisi terkait, termasuk kebutaan, amputasi anggota badan, dan kebutuhan untuk dialisis.

Baca juga: 12 Makanan Sehat untuk Sarapan agar Tidak Kegemukan

Mengenali tanda kegemukan

Setelah mengetahui sejumlah risikonya, kita mungkin berpikir apakah diri kita masuk kategori kegemukan atau obesitas? Bagaimana mengenalinya?

Kita sering kali mengukur tanda kegemukan menggunakan Indeks Massa Tubuh (BMI). Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature menyebut BMI saja tidak cukup untuk menilai apakah seseorang memiliki risiko kardiometabolik.

Para peneliti menyebut, penurunan lingkar pinggang juga menjadi target pengobatan yang sangat penting untuk mengurangi risiko kesehatan.

Berikut cara mengukurnya:

  • BMI

Menurut National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI), BMI dihitung dari tinggi dan berat badan kita.

Ini digunakan untuk mendapatkan estimasi lemak tubuh dan memperkirakan risiko penyakit yang dapat terjadi akibat lemak tubuh.

Semakin tinggi BMI kita, risiko seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, masalah pernapasan, dan beberapa jenis kanker, juga akan lebih tinggi.

Namun, BMI punya keterbatasan untuk mengukur hal berikut:

- BMI mungkin menilai terlalu tinggi lemak tubuh para atlet dan orang-orang berotot.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com