Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Membangun Religiositas Kaum Remaja di Era Pandemi

Kompas.com - 16/08/2021, 10:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Dr Raja Oloan Tumanggor, SAg

SEJAK merebak pandemi Covid-19 setahun yang lalu, telah terjadi banyak perubahan dalam masyarakat khususnya kaum remaja. Kaum remaja mengalami keterbatasan dalam berkontak dengan rekan-rekannya, sehingga mereka mengalami kesepian.

Mereka belajar lewat Zoom Meeting, sehingga penjelasan guru tidak utuh dan membuat proses belajar menjadi lebih sulit dibandingkan dengan bertemu langsung.

Karena merasa kesepian kadang kaum remaja mencari hiburan lewat media sosial, game, Youtube, dll.

Ternyata tidak semua remaja bisa mengatasi persoalan itu dengan baik dan bijak. Tidak jarang kaum remaja mencari hiburan yang tidak mendidik dan bisa membahayakan dirinya sendiri.

Bagaimana seharusnya hal itu bisa diatasi?

Untuk mengatasi persoalan yang dihadapi kaum remaja selama masa pandemi ini, telah banyak upaya dilakukan oleh pemerintah, komunitas, dan keluarga.

Baca juga: 4 Cara Memberi Dukungan pada Remaja Saat Kesepian di Masa Pandemi

Misalnya, dari perspektif psikologis, pemerintah berupaya memberi pendampingan psikologis/kejiwaan kepada kaum remaja yang mengalami masalah pribadi seperti rasa cemas, takut, gelisah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemudian, berbagai komunitas agama memberikan pendampingan bagi kaum remaja yang mengalami masalah pada masa pandemi ini (Evandio, 2020).

Namun, satu hal penting yang perlu dibenahi dalam mengatasi persoalan yang dihadapi kaum remaja selama pandemi ini adalah membangun religiositas dalam diri remaja itu sendiri.

Apa yang dimaksud dengan religiositas? Religiositas berasal dari kata religio artinya agama. Maka, religiositas adalah mewujudkan nilai nilai agama dalam diri seseorang berkaitan dengan kepercayaan pada ajaran, baik dalam hati maupun ucapan yang diwujudkan melalui tindakan konkrit sehari-hari.

Religiositas itu maksudnya bagaimana seseorang mengamalkan ajaran agamanya dalam hidup sehari-hari melalui ucapan dan perbuatan nyata sehari-hari (Glock & Stark dalam Holdcroft, 2006).

Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Magis Religius?

IlustrasiPexels Ilustrasi

Dimensi religiositas

Dimensi yang ada dalam religiositas adalah pertama keyakinan: apa yang dipercayai seseorang dari agamanya. Maksudnya, apa isi keyakinannya sebagai Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, atau penganut kepercayaan? Misalnya, apakah ia yakin dan percaya bahwa Tuhan itu Maha Baik dan Pengampun.

Kedua, praktik agama: apa yang dilakukan seseorang dalam agamanya tampak dalam bentuk ritual/upacara keagamaan. Misalnya pergi ke rumah ibadat. Di rumah ibadat orang melakukan praktik agama yang menjadi bentuk penghayatannya.

Ketiga, penghayatan: meliputi sikap dalam hati. Apa yang dipraktikkan dalam agama itu harus sungguh dihanyati.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com