Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Hambat Upaya Menekan Kematian akibat Kanker Payudara

Kompas.com - 20/08/2021, 13:55 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Upaya untuk menekan kematian akibat kanker payudara terhambat oleh pandemi Covid-19. Kondisi ini perlu menjadi perhatian karena kanker ini paling banyak dialami penduduk Indonesia.

Menurut Data Globocan 2020, kanker payudara di Indonesia merupakan kanker paling banyak pada perempuan dengan proporsi 16,6 persen dari total kasus kanker, terdapat 65.858 kasus baru dan 22.430 kematian pada tahun 2020.

WHO melalui Global Breast Cancer Initiative (GBCI) pada Maret 2021 lalu, menargetkan angka kematian akibat kanker payudara menjadi sebesar 2,5 persen per tahun sampai tahun 2040.

Menurut Ketua Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI), dr.Walta Gautama ST. Sp.B (K) Onk, pandemi Covid-19 membuat program penurunan kematian akibat kanker payudara melambat.

“Target ini makin sulit dicapai karena sebagian besar pasien datang dalam stadium 3-4, terlebih di masa pandemi ketika terjadi penurunan kedatangan pasien ke pelayanan kesehatan secara signifikan,” katanya.

Baca juga: Risiko Tinggi, Kenali Dampak Covid-19 pada Penderita Kanker Payudara

Selain itu, akibat merebaknya varian delta, banyak tenaga medis yang terinfeksi sehingga pelayanan pada pasien kanker payudara terganggu. Komunikasi antara dokter dan pasien juga mengalami kendala karena dilakukan secara daring melalui telemedicine.

“Ini tidak pernah bisa maksimal, karena tidak semua praktik atau profesi bisa dilakukan dengan telemedicine. Saat pemeriksaan perlu melihat langsung klinis pasien, meraba, memegang. Foto pun tidak bisa mewakili sepenuhnya, sehingga kesulitan. Kalau saya pribadi daripada salah diagnostik, lebih baik tunda dulu hingga kondisinya memungkinkan. Bila dipaksakan bisa membahayakan pasien,” papar Walta.

Di lain pihak, Covid-19 juta memperburuk kondisi pasien kanker. Menurut data, jika pasien kanker terinfeksi Covid-19, angka kematiannya menjadi 26-28 persen.

“Jalan keluarnya adalah vaksin. Berdasarkan temuan PERABOI, dari 200 pasien kanker yang divaksin, KIPI hanya ditemukan pada 2-3 orang, itu pun tidak berat,” katanya.

Baca juga: Perkuat Kerja Sama Antarnegara untuk Penanganan Kanker Payudara

Rekomendasi SEABACS

Dalam acara The Southeast Asia Breast Cancer Symposium (SEABCS) ke-5 yang digelar secara virtual di Indonesia pada 31 Juli 2021- 1 Agustus 2021 lalu, dihasilkan sejumlah rekomendasi penting untuk menekan jumlah kematian kanker payudara.

Beberapa di antaranya adalah pentingnya regulasi penanganan dan pengobatan kanker payudara di masa pandemi Covid-19.

Selain itu, rekomendasi perawatan yang lebih terintegrasi dan berpusat pada pasien.

Wakil Ketua Penyelenggara SEABACS ke-5, Ning Anhar, mengatakan, salah satu advokasi mendesak untuk pemerintah adalah segera mengeluarkan peraturan atau panduan vaksin untuk pasien kanker payudara dengan persayaratan tertentu.

“Yayasan Kanker Payudara Indonesia menghimbau agar pemerintah bisa mengeluarkan rekomendasi yang pasti terkait vaksinasi pada pasien kanker. Ini juga upaya untuk menurunkan angka kematian pasien kanker payudara,” ujar Ning Anhar.

Baca juga: Kasus Kanker Payudara Terus Meningkat, YKPI Adakan Simposium se-Asia Tenggara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com