Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembalikan Kejayaan Sepatu Bunut Khas Sumatera Utara

Kompas.com - 26/08/2021, 11:00 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Ada yang berbeda dalam acara Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPSI) yang berlangsung di Sibolangit, Sumatera Utara, pada akhir pekan lalu.

Dalam acara yang berlangsung "offline" itu, Ketua Umum APPSI, Sudaryono, dihadiahi sepatu bunut oleh Ketua APPSI Sumatera Utara, M Husni.

Langkah tersebut, menurut dia, sebagai upaya untuk mempromosikan sepatu khas Sumatera Utara yang hampir dilupakan masyarakat.

Baca juga: Brand Lokal Erigo Bakal Melenggang di New York Fashion Week 2022

“Ini produk sepatu lokal Sumut, mohon ikut diperkenalkan ke luar Sumut agar para pedagang dan perajin sepatu bunut lebih dikenal, sehingga produk lokal Sumut eksis di pasar.”

Demikian penuturan M Husni dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (25/8/2021) kemarin.

Bunut merupakan nama kelurahan, tempat pusat kerajinan sepatu kulit itu berada.

Tepatnya berada di kawasan perlintasan Jalan Lintas Sumatera Utara, Batubara-Asahan, tak jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Asahan.

Sepatu bunut diklaim memiliki jahitan yang rapi, model yang timeless, dan beragam warna yang menarik. Sepatu ini dirasa cocok untuk ke kantor, dan juga untu acara kasual.

Berdasarkan informasi dari sejumlah literatur, sepatu bunut berawal ketika pengusaha asing mendirikan pabrik sepatu sekitar tahun 1970-an.

Baca juga: Jersey Vintage x Futuristik Kreasi 2 Brand Lokal Asal Bandung, Mau?

Saat itu, pabrik getah penghasil karet bernama Uni Royal -sekarang PT Bakrie Sumatera Plantantions-BSP- menjadi salah satu penyedia bahan baku sepatu bunut.

Pegawai di pabrik tersebut membuat sepatu bunut. Solnya berasal dari perkebunan karet, kulitnya dari Eropa.

Makanya tak heran jika sepatu tersebut diekspor ke berbagai negara, terutama Amerika Serikat.

Lalu, pemodal asing meninggalkan Asahan. Pabrik sepatu pun tutup dan seluruh karyawan dirumahkan.

Tahun 1987, beberapa karyawan berinisiatif memiliki usaha rumahan dengan modal ala kadarnya.

Namun perlahan, kejayaan Bunut memudar. Bahan baku yang sulit dicari membuat penjualannya "ambyar".

Baca juga: Kolaborasi Brand Lokal dan Seniman Tanah Air, Apa Jadinya?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com