Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/08/2021, 06:30 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 sudah berjalan hampir dua tahun lamanya, namun kita sebagai masyarakat Indonesia masih sulit menerapkan protokol pencegahan Covid-19.

Pemerintah, pakar kesehatan maupun figur publik yang berkompetensi terus-menerus mengingatkan pentingnya protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus.

Langkah yang harus ditempuh juga tergolong mudah, yakni rutin mencuci tangan, disiplin mengenakan masker, dan menjaga jarak.

Baca juga: Pandemi, Ini 7 Cara Tetapkan Batasan dengan Teman yang Tak Jaga Jarak

Meski demikian, hal ini pun sepertinya masih sulit terwujud, dan banyak di antara kita yang abai.

Kerumunan orang masih sering dijumpai untuk alasan yang tidak penting, dan banyak pula yang masih bepergian tanpa mengindahkan anjuran untuk berdiam di rumah saja.

Selain itu, masih ditemukan pula orang-orang yang malas memakai masker ketika berkegiatan di luar rumah.

Raymond Tambunan, psikolog dari Universitas Indonesia mengatakan, kultur pencegahan memang belum berkembang di masyarakat Indonesia.

Baca juga: Tetaplah Jaga Jarak dan Pakai Masker

Hal ini yang membuat masyarakat masih sulit bersikap disiplin dalam melakukan protokol pencegahan Covid-19.

"Kita belum terbiasa hidup dengan prinsip antisipasi, pengennya immediate effect, hasil yang cepat."

Demikian penuturan Raymond ketika menjadi narasumber bincang klinis virtual bertema "Rajin Testing Covid-19: The New Normal" pada Kamis (26/8/2021) kemarin.

Raymond menguraikan, kita terbiasa dididik dengan reward base system yang mengutamakan hasil.

Alih-alih menikmati proses dalam tindakan pencegahan, kita cenderung ingin segera melihat buah dari perbuatan yang dilakukan.

Padahal, pencegahan dilakukan agar sesuatu yang dihindari jangan sampai terjadi pada kita, misalnya terinfeksi virus Corona.

Baca juga: Cuci Tangan Pakai Sabun, Sederhana tapi Berdampak Besar

Raymond mencontohkan, dalam model pendidikan sekolah diberlakukan aturan yang fokus pada hukuman, bukannya mendorong perilaku tertentu.

Padahal metode tersebut bisa memiliki dampak yang lebih baik dalam jangka panjang.

Alasan lainnya, ia menilai masyarakat kita masih dalam proses transisi menuju masyarakat modern sehingga belum sepenuhnya memahami tujuan pencegahan.

"Kita masih ada di peralihan menuju masyarakat modern, masih transisi," ungkap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com