Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Penyakit Pencernaan yang Rentan Terjadi di Usia 30-an

Kompas.com - 15/09/2021, 06:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketika memasuki usia 30-an, masalah kesehatan apapun bisa terjadi, dan yang paling sering muncul salah satunya adalah problem kesehatan pencernaan.

Ada pun faktor-faktor masalah kesehatan pencernaan biasanya disebabkan oleh sejumlah gaya hidup yang tidak sehat.

Misalnya, banyak mengonsumsi gula, alkohol, stres, makan berlebihan, kurang tidur, dan sebagainya.

Maka dari itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui apa saja masalah pencernaan yang umum supaya kita bisa lebih mudah mengatasinya dan sekaligus mencegahnya.

Baca juga: 5 Kebiasaan Buruk di Bulan Puasa, Penderita Gerd Wajib Hindari

Berikut ini adalah lima masalah atau penyakit pencernaan yang rentan terjadi di usia 30-an.

1. Gerd

Penyakit Refluks Gastrointestinal (Gerd) adalah terjadinya refluks asam kronis di pencernaan.

Kondisi ini dapat ditandai dengan munculnya heartburn, bau mulut, erosi gigi, dan ketidaknyamanan di perut.

Sebagian besar kasus dapat diobati dengan perubahan gaya hidup yang lebih sehat, atau jalan pengobatan yang relatif mudah.

Meskipun memang, dalam beberapa kasus yang lebih parah memerlukan perhatian medis lebih lanjut.

2. Sindrom iritasi usus besar

Sindrom iritasi usus besar atau irritable bowel syndrome (IBS) biasanya akan muncul dengan gejala seperti mual, diare, sembelit, dan kram perut.

Penyakit ini dapat mereda dengan perubahan gaya hidup yang lebih sehat, namun kita juga perlu berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan tindakan yang terbaik.

Baca juga: 5 Jenis Makanan Berbuka Puasa yang Harus Dihindari Penderita Gerd

3. Penyakit celiac

Penyakit celiac ditandai dengan reaksi serius pada pasien ketika mereka mengonsumsi gluten, yang ditemukan dalam gandum, gandum hitam (rye), dan barli atau jelai -salah satu jenis biji-bijian yang kaya serat.

Masalah pencernaan ini dapat menyebabkan kerusakan pada usus kecil, dan berdampak pada asupan nutrisi jika tidak ditangani dengan serius.

Satu-satunya pengobatan yang masih dilakukan sampai sekarang adalah mempertahankan diet bebas gluten.

Dengan demikian, kita dapat mencegah kerusakan usus kecil di masa depan dan memberikan kesempatan untuk menyembuhkan kerusakan sebelumnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com