Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/09/2021, 07:39 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebanyak 34 persen wanita berhenti menggunakan alat kontrasepsi karena alasan efek samping yang ditimbulkan pada tubuh.

Hal ini berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Dari hasil ini, total peserta aktif program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia saat ini mencapai 36,8 juta jiwa.

Namun, hanya 57 persen dari perempuan usia subur 15-49 tahun yang telah menikah yang menggunakan kontrasepsi modern. Padahal, jenis kontrasepsi modern jauh lebih aman dalam mencegah kehamilan.

Keputusan untuk berhenti menggunakan alat kontrasepsi ini tentunya dapat memicu terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan berbagai implikasi lainnya.

Di sisi lain, kesadaran soal kesehatan reproduksi dan pentingnya kontrasepsi masih sangat rendah di kalangan pria. Sangat sedikit kaum adam yang bersedia menggunakan alat kontrasepsi, yakni sebesar 3,62 persen.

Padahal, kesediaan pria untuk menggunakan alat kontrasepsi amat penting dalam perencanaan kehamilan di dalam keluarga.

Kontrasepsi penting dibicarakan sebelum menikah

Pentingnya penggunaan kontrasepsi untuk cegah kehamilan tidak diinginkan Pentingnya penggunaan kontrasepsi untuk cegah kehamilan tidak diinginkan

Dr. Emi Nurjasmi M.Kes, Ketua Umum PB Ikatan Bidan Indonesia (IBI) membenarkan jika selama ini pilihan kontrasepsi memang lebih banyak ditujukan untuk wanita. Bagi pria, pilihan maupun kesediaannya masih amat minimal yakni dengan vasektomi dan kondom

"Sebetulnya memang keseimbangan hak reproduksi laki-laki dan perempuan harus disesuaikan, jangan perempuan aja yang diminta untuk menggunakan kontrasepsi," ujarnya dalam Webinar Hari Kontrasepsi Sedunia 2021 secara daring, Kamis (29/09/2021).

Kalis Mardiasih, selaku aktivis perempuan dan pengamat isu kesehatan reproduksi mengatakan sudah seharusnya laki-laki lebih berpartisipasi dalam penerapan kontrasepsi dalam mengatur kehamilan.

Tujuannya untuk mewujudkan kesetaraan gender sekaligus mencapai relasi yang lebih sehat, baik bagi suami istri maupun anak-anak nantinya.

"Sudah seharusnya ini bahkan dibicarakan sejak awal sebelum menikah, bukan hanya sekedar prewedding di mana atau mau resepsi nikah seperti apa," ujarnya dalam acara bertajuk #YukBerkontrasepsi! Pentingnya Peranan Edukasi Penggunaan Kontrasepsi Demi Revitalisasi Program KB di Indonesia ini.

Selain itu, ia mengungkapkan masih banyak halangan sosial yang dialami laki-laki yang bersedia berkontrasepsi. Misalnya saja penolakan, secara vokal maupun halus, dari tenaga medis ketika laki-laki hendak menggunakan alat kontrasepsi.

Salah satu contoh kasus yang diungkapkannya adalah pengakuan followersnya yang ditolak di banyak dokter maupun bidan ketika ingin melakukan vasektomi. Tindakan ini merupakan metode kontrasepsi permanen dengan menutup saluran sperma.

"Banyak yang ditanya apakah benar-benar yakin atau gimana kalau nanti terjadi apa-apa pada anak atau ingin tambah anak," ujar Kalis.

Menurutnya, sudah seharusnya tidak ada intervensi yang menghalangi akses kontrasepsi bagi pria, apapun alasannya.

 Baca juga: 2 Pilihan Kontrasepsi Pria yang Aman dan Efektif Cegah Kehamilan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com