Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal 2 Jenis Gangguan Saluran Cerna pada Bayi

Kompas.com - 14/10/2021, 05:00 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gangguan saluran pencernaan pada anak yang tidak tertangani dapat menganggu tumbuh kembangnya.

Hal ini karena asupan nutrisi yang seharusnya didapatkan tidak terserap optimal, sehingga memberikan dampak buruk pada tubuh.

Padahal 1.000 hari pertama adalah periode emas perkembangan anak yang harus dimaksimalkan.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi dr. Frieda Handayani Sp.A (K) menyebut, anak rentan mengalami gangguan saluran cerna karena organ tubuhnya belum berfungsi sempurna.

Baca juga: Perkuat Saluran Cerna Agar Anak Tak Gampang Sakit

"Sampai anak usia dua tahun masih ada lapisan mukosa atau selaput lendir yang masih jarang dan ada jarak, jadi bisa masuk hal-hal lain."

Demikian penjelasan Frieda dalam seminar digital bertema “Gejala Alergi Saluran Cerna Vs Gangguan Saluran Cerna Fungsional: Cara Membedakannya”, Rabu (13/10/2021).

Ia menerangkan, dua jenis gangguan saluran cerna yang kerap terjadi pada bayi adalah alergi susu sapi (ASS) dan gangguan saluran cerna fungsional alias functional gastrointestinal disorder (FGID).

ASS dipicu konsumsi susu sapi atau produk olahannya, sementara FGID cenderung lebih rumit dan saling berinteraksi.

FGID adalah gejala saluran cerna yang tidak dapat dijelaskan baik secara struktur maupun biokimia.

Baca juga: Jaga Kesehatan Saluran Cerna dengan Rutin Makan Brokoli

Hal ini bisa terjadi secara kronis atau dalam jangka panjang, maupun rekuren yakni dialami berulang kali. 

Faktor lain yang menyebabkan gangguan saluran cerna ini adalah biologis, psikososial, lingkungan, maupun budaya.

Frieda mengatakan, gejala FGID bisa bervariasi mulai dari kolik, gumoh hingga konstipasi.

Ketiganya bisa terjadi dalam rentang usia yang berbeda-beda dengan gejala yang berlainan pula.

Kolik, misalnya, terjadi apabila bayi berperilaku tidak tenang, rewel dan menangis dalam waktu lama dengan alasan yang tidak jelas.

Meskipun tergolong akan sembuh dengan sendirinya ketika anak usia 3-4 bulan, kolik dapat memperlambat tumbuh kembang bayi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com