Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Cancel Culture, Boikot Publik yang Kini Dialami Kim Seon Ho

Kompas.com - 21/10/2021, 14:16 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kim Seon Ho, aktor utama Hometown Cha-Cha-Cha, kini sedang menjadi sasaran cancel culture akibat terjerat skandal aborsi dan gaslighting.

Aktor berusia 35 tahun ini sebenarnya telah mengakui perbuatannya dan meminta maaf pada mantan kekasihnya secara terbuka. Tak hanya itu, ia juga berniat bertemu langsung dan mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Namun sikap ini sepertinya tidak akan bisa menyelamatkan karier maupun popularitas yang kini dinikmatinya. Pasalnya, publik Korea Selatan seakan bersepakat untuk menerapkan cancel culture karena tingkahnya itu.

Arahnya sudah bisa ditebak, ia tidak akan lagi bisa melanjutkan kariernya di dunia hiburan negeri ginseng. Terbukti, Kim Seon Ho kehilangan sejumlah kontrak besar termasuk dalam film, variety show maupun sebagai bintang iklan.

Baca juga: Tak Cuma Kim Seon-Ho, Ada Sederet Bintang Korea yang Terjerat Skandal

Tradisi cancel culture di dunia hiburan korea

Cancel culture belakangan memang menjadi tren tersendiri di dunia hiburan sekaligus menjadi momok menakutkan bagi banyak pesohor. Aksi boikot ini khususnya banyak terjadi di Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Sejumlah pesohor telah mengalaminya karena perbuatannya dianggap tidak pantas, terlepas sebagus apapun bakat maupun karya yang ditampilkan.

Johny Depp, Seungri BIGBANG, Chrissy Teigen dan So Ye Ji adalah sejumlah nama yang pernah merasakan cancel culture.

Mereka harus merasakan kariernya hancur berantakan karena kabar miring yang beredar soal perilakunya baik di masa kini maupun masa lalu. Ada yang terbukti melakukannya namun ada juga yang tidak.

Namun, cancel culture di Korea Selatan agaknya jauh lebih kejam dibandingkan di Amerika Serikat. Ketika terjerat skandal, kebanyakan akan dipermalukan dan sulit kembali ke panggung hiburan.

Berbeda dengan di Amerika Serikat yang masih memberikan kesempatan untuk kembali berkarier meskipun dalam skala yang lebih kecil.

Publik Korea Selatan juga lebih sensitif karena banyak faktor yang bisa menjadi pemicu cancel culture. Selain tindakan kriminal, perilaku tidak pantas seperti gaslighting atau merokok ketika sekolah juga bisa menjadi sumber boikot publik.

Apa itu cancel culture?

Lisa Nakamura, seorang profesor di University of Michigan, Amerika Serikat menjelaskan cancel culture adalah "boikot budaya" terhadap selebriti, merek, perusahaan, atau konsep tertentu.

Umumnya dilakukan kepada pesohor yang tersandung skandal atau isu akan perilakunya yang bermasalah. Bentuk boikot yang diberikan juga bisa berbeda-beda pada setiap orang.

Ada yang kehilangan berbagai kontrak pekerjaan, bullying di media sosial, pengurangan adegan dalam sebuah drama, filmnya sulit tayang dan kehilangan penggemar.

Dr Jill McCorkel, seorang profesor sosiologi dan kriminologi di Universitas Villanova mengatakan cancel culture sebenarnya bukanlah tradisi yang baru di masyarakat. Kebiasaan ini sudah ada sepanjang sejarah keberadaan manusia.

Masyarakat telah menghukum orang lain karena berperilaku di luar norma sosial yang dirasakan selama berabad-abad, ujarnya. Cancel culture yang marak di era digital ini hanyalah variasi lain yang lebih baru.

Cancel culture adalah perpanjangan atau evolusi kontemporer dari serangkaian proses sosial yang lebih berani yang dapat kita lihat dalam bentuk pengusiran,” katanya.

Cara ini dirancang untuk memperkuat seperangkat norma dengan menjadikan para pesohor termasuk selebriti, perusahaan, dan media sebagai sasarannya.

 Baca juga: Begini Curahan Hati Johnny Depp Pasca Alami Cancel Culture

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com