KOMPAS.com - Seni mural masih sering dipandang sebagai aksi vandalisme atau pengrusakan ruang publik dengan mencorat-coret trotoar jalanan atau dinding sebuah bangunan.
Buktinya, sejumlah mural yang terpampang di sejumlah ruang publik di Ibukota beberapa waktu lalu langsung dihapus oleh aparat sesaat setelah mural itu dibuat.
Sejatinya mural didefinisikan sebagai karya seni yang menggambarkan ekspresi pembuatnya, dalam hal ini seniman jalanan.
Mural menjadi media dan sarana yang efektif untuk menyampaikan ekspresi karena dilihat banyak orang.
Ekspresi yang terkandung di dalam seni mural bisa menyangkut isu sosial, lingkungan, cinta, dan beragam sisi kehidupan lainnya.
Pesan itulah yang coba ditegaskan oleh para seniman jalanan yang berkolaborasi dalam acara melukis mural bersama On & Off Pressure.
Sebanyak 10 seniman jalanan (street artist) bergabung menorehkan kebebasan berekspresi mereka di kawasan perumahan Alam Raya, Tangerang, Banten mulai hari ini hingga Rabu (10/11/2021) mendatang.
"Karya yang saya sampaikan di On & Off Pressure adalah mural grafiti ekspresi di ruang publik yaitu 'Merespons Ruang'," kata Edi kepada Kompas.com.
"Sebuah karya yang menceritakan kebahagiaan lewat gambar, warna, genre, dan aliran."
"Konsepnya saya buat Vi Veri Veniversum Vivus Vici, di mana semesta selalu memberikan kebenaran bagi manusia untuk bisa bersama semesta," imbuh dia.
Edi berharap seni mural atau seni jalanan yang mengekspresikan segala aspek dalam kehidupan manusia dapat menjadi pembelajaran bagi siapa saja.
"Ekspresi dalam seni mural itu macam-macam, ada ekspresi geografis, ekspresi lingkungan, ekspresi sosial, ekspresi soal cinta, dan banyak lainnya," terangnya.
"Street art itu begitu dekat dengan kehidupan. Street art menjadi penanda peristiwa di setiap zaman."