KOMPAS.com - Suplemen memang dibutuhkan untuk menambahkan nutrisi-nutrisi penting yang mungkin tidak kita dapatkan dari asupan makanan sehari-hari.
Meski demikian, mengonsumsi suplemen juga tidak boleh terlalu banyak, atau harus sesuai dengan dosis yang telah dianjurkan demi mencegah dampak buruk pada tubuh.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine, efek samping yang terkait dengan suplemen bertanggung jawab atas sekitar 23.000 kunjungan ke ruang gawat darurat setiap tahunnya.
Baca juga: Tambahkan Suplemen Protein untuk Lenyapkan Lemak Perut, Bisa?
Hal ini terjadi akibat asupan suplemen yang terlalu banyak, sehingga dapat menyebabkan munculnya ketidaknyamanan yang serius pada tubuh.
Nah, ada beberapa dampak buruk yang dapat terjadi akibat terlalu banyak mengonsumsi suplemen sebagai berikut ini.
Sakit perut dengan gejala lainnya seperti mual, muntah, atau diare sering kali merupakan tanda pertama bahwa kita telah mengonsumsi terlalu banyak vitamin atau suplemen.
Hal ini juga bisa muncul karena kita mungkin sensitif terhadap bahan-bahan di dalam suplemen, di mana kita mengonsumsinya saat perut kosong atau lebih banyak suplemen daripada yang seharusnya.
Misalnya, beberapa orang mulai mengonsumsi protein whey, dan merasa bahwa suplemen itu justru membuat kembung atau mengalami ketidaknyamanan pada perut.
Sehingga, mereka sebaiknya perlu beralih untuk memperbanyak protein dari makanan (nabati maupun hewani) yang dapat menyelesaikan masalah perut.
Menurut studi New England Journal, suplemen penurun berat badan adalah penyebab utama orang-orang harus dirawat di ruang gawat darurat.
Beberapa dari suplemen itu diketahui mengandung stimulan yang dapat memiliki efek samping seperti detak jantung yang cepat atau tidak teratur, pusing, atau peningkatan tekanan darah.
Beberapa tahun terakhir banyak laporan cedera hati dan bahkan gagal hati akut yang terkait dengan suplemen ekstrak teh hijau.
"Ekstrak teh hijau mungkin mengandung residu pelarut, residu pestisida, dan kotoran lain yang dapat menyebabkan kerusakan hati pada orang yang rentan."
Demikian penjelasan dari United States Pharmacoepia (USP).
Disebutkan, senyawa spesifik dalam teh hijau yang paling melimpah Epigallocatechin gallate atau EGCG dapat membuat penumpukan lemak di hati dan meningkatkan potensi penyakit hati.