Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Dorongan Mengakses Konten Pornografi Sangat Kuat?

Kompas.com - 16/12/2021, 15:06 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyebaran konten pornografi di internet semakin merajalela dan menjadi sumber banyak masalah.

Salah satunya memicu kecanduan pornografi yakni obsesi terhadap konten seksual sehingga mengganggu keseharian. Penggunaan konten pornografi online secara berlebihan ini merupakan kombinasi dari kecanduan internet dan seks.

Kecanduan pornografi akibat konten internet khususnya banyak dialami oleh anak muda. Apalagi di masa sekarang ketika penggunaan media sosial sangat masif dan akses internet begitu luas.

Baca juga: Kecanduan Pornografi di Usia 11 Tahun, Billie Eilish Alami Mimpi Buruk

Ada banyak konten pornografi yang sangat mudah dijumpai di lini masa Twitter, Instagram sampai TikTok. Belum lagi kehadiran sejumlah situs penyedia konten pornografi seperti PornHub atau OnlyFans.

Semuanya bisa didapatkan dengan mudah dan tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Pilihannya juga sangat banyak dan berbagai jenis termasuk sarat akan kekerasan seksual.

Kecanduan pornografi diawali  dorongan tak terkendali untuk mendapatkan kepuasan seksual melalui bentuk hiburan tersebut. Namun relasinya meningkat sehingga dorongan tersebut menjadi lebih sering dan lebih kuat.

Koneksi ini bisa menjadi sangat kuat sehingga hanya dengan duduk di depan komputer atau smartphone saja sudah dapat menimbulkan respons seksual.

Dorongan untuk menyaksikan konten pornografi di internet ini kemudian mengganggu kehidupannya. Kita bisa menghabiskan waktu seharian hanya demi mencari konten pornografi di dunia maya.

Baca juga: Tanda-tanda Anak Sudah Kecanduan Pornografi

Dikutip dari Psychology Today, pengalaman tersebut biasanya juga memicu rasa malu dan bersalah. Banyak pecandu pornografi melaporkan bahwa mereka berakhir dalam situasi menyedihkan ketika pelepasan seksualnya menjadi satu-satunya pengalaman positif yang didapatkan dari konten tersebut.

Padahal, awalnya mayoritas orang yang menggunakan pornografi online hanya untuk rekreasi atau sekedar mengisi waktu luang.

Konten pornografi internet menawarkan privasi

Ilustrasi kecanduan gadget Ilustrasi kecanduan gadget

Kecanduan pornografi internet dapat membawa dampak psikologis yang berbeda dari rasa malu biasanya. Faktor utamanya adalah kebutuhan untuk asupan konten pornografi yang lebih banyak dan bervariasi.

Baca juga: Saat Anak Terpapar Konten Pornografi, Apa yang Harus Dilakukan?

Paparan materi semacam itu dapat sangat mendistorsi keyakinan tentang seksualitas manusia dan merusak hubungan interpersonal. Orang yang mengalaminya cenderung akan memiliki perasaan tidak puas dengan pengalaman seksualnya sendiri dan merasa tidak cukup dengan pasangannya.

Faktor lain yang menambah daya tarik konten pornografi internet adalah privasi yang ditawarkanya. Hal ini membuat seseorang terhindar dari rasa malu ketika terus-menerus menyimak konten bermasalah itu.

Bandingkan dengan orang yang merasa malu jika tertangkap basah membeli majalah atau video yang sarat pornografi, seperti di masa lalu.

Banyak individu yang mengalami kecanduan pornografi dapat menyembunyikan aktivitasnya dari pasangan mereka dan tetap anonim di situs yang dikunjungi. Konten pornografi internet mudah diakses, tersedia setiap saat, dan bisa dengan mudah didapatkan secara gratis.

Kombinasi tersebut membuat konten pornografi internet jauh lebih berisiko memicu kecanduan yang serius.

Baca juga: Saat Anak Terpapar Konten Pornografi, Apa yang Harus Dilakukan? 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com