KOMPAS.com - Bagi beberapa orang, sneaker bukan hanya tentang bagian dari fesyen atau sekadar bergaya-gaya saja, melainkan juga sebagai hobi.
Seperti halnya Harry Novianto, pria yang sudah menjadi penggemar sneaker selama 10 tahun ini tidak hanya membeli sneaker tetapi juga mengoleksinya.
Dari berbagai jenis sneaker, Harry mengaku bahwa dia lebih menyukai merek Adidas karena desainnya yang selalu menarik dan cocok untuk dipakai.
"Menurut saya Adidas itu lebih comfort dipakai dibandingkan dengan brand-brand yang lain ya, dan lebih kasual," ungkap dia kepada Kompas.com, Selasa (21/12/2021).
Bahkan, saking cintanya dengan produk-produk Adidas, Harry sampai membuat museum yang berisi banyak sepatu Adidas mulai dari tahun 50-an hingga yang terbaru tahun 2021 ini.
Sebelumnya, sekitar empat bulan yang lalu, Harry menemukan toko sneaker yang terkenal di tahun 1980-an di daerah Melawai, Jakarta Selatan, yakni Restu Sport.
Di toko tersebut menjual berbagai sepatu Adidas lawas yang tidak hanya langka, tetapi juga dikira sudah musnah oleh para penggemar Adidas seperti Harry.
"Pada saat itu kami juga menemukan sepatu Adidas tahun 1970-an dengan bentuk yang sudah tidak terawat dan solnya hancur," kata dia.
"Tetapi, sepatu Adidas itu serinya memang yang langka banget. Jadi kalau di kalangan komunitas Adidas kita pikirnya seri itu sudah musnah dan kita hanya bisa melihatnya berdasarkan katalog saja," ujar dia.
Selain sepatu, Harry juga menemukan sport tracktop jacket milik tim nasional sepakbola Indonesia tahun 1980-an.
"Jadi di tracktop itu memang ada logo garuda yang dipakai oleh tim nasional sepakbola Indonesia tahun 1980-an dan tracktop-nya itu masih dibuat di West Germany," kata Harry.
Dengan berbagai koleksi lawas yang ditemukannya, Harry pun memutuskan untuk membuat museum sebagai passion dan pengetahuan bagi orang lain yang memiliki kecintaan yang sama terhadap Adidas.
View this post on Instagram
Sebelum membuat museum, Harry sendiri telah mem-branding dirinya di media sosial sebagai "Die Hard Adidas Fan" yang kemudian dia jadikan sebagai nama brand.
"Sekarang kita fokuskan Die Hard Adidas Fan ini sebagai brand. Jadi, kita tidak hanya punya museum, tetapi juga ada konten-konten di YouTube untuk edukasi," ungkap dia lagi.
Untuk di museum, Harry mengatakan tidak ada sepatu atau produk Adidas yang dijual.
Lebih lanjut, Harry menambahkan bahwa museum Die Hard Adidas Fan yang berlokasi di Kemang ini terbuka untuk umum, dan siapa pun yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai Adidas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram