KOMPAS.com - Serial dokumenter Netflix, The Tinder Swindler, berkisah soal penipuan dalam aplikasi kencan online.
Karakter utamanya, Simon Leviev, menipu beberapa perempuan di aplikasi Tinder untuk mengeruk keuntungan.
Ia berlagak sebagai anak miliarder, tetapi tak bisa mengakes uangnya sehingga perlu bantuan wanita yang ditemuinya di aplikasi kencan.
Baca juga: 4 Trik Menemukan Orang Berkepribadian Baik di Aplikasi Kencan Online
Untuk berbagai alasan, terpesona maupun tergiur dengan kekayaan yang dijanjikan Leviev, para wanita itu kemudian memberikan uang tersebut.
Dokumentasi The Tinder Swindler menyebutkan, Simon setidaknya mendapatkan uang sebanyak 10 juta dollar AS atau setara Rp 143 miliar dari aksinya itu.
Aplikasi kencan online memang menjadi salah satu cara mendapatkan pasangan di era digital.
Kita bisa berjumpa orang dengan latar belakang yang lebih bervariasi dibandingkan kehidupan sehari-hari.
Namun, penggunaan aplikasi kencan juga bisa berisiko membuat kita bertemu orang yang berbahaya, seperti Simon Leviev di The Tinder Swindler.
Bukannya mendapatkan pasangan sehidup semati, kita malah merugi baik finansial maupun emosional.
Baca juga: Putus dari Gigi Hadid, Zayn Malik Kedapatan Daftar Aplikasi Kencan
Agar tak jatuh pada kesalahan seperti para wanita di The Tinder Swindler, berikut adalah sejumlah pelajaran yang bisa kita petik.
Seseorang yang membuat klaim berlebihan terhadap hidup dan pencapaiannya bisa jadi berbahaya.
Jadi, jangan langsung terpukau pada foto profil yang menampilkan pria yang berfoto di depan jejeran mobil mewah atau uang bertebaran.
Emyli Lovz, dating coach asal Amerika Serikat mengatakan, orang yang terlalu mencolok di aplikasi kencan sebenarnya tidak pernah memiliki gaya hidup mewah yang ditampilkannya itu.
Baca juga: Sukses Mendapat Pasangan di Aplikasi Kencan Saat Usia Tak Lagi Muda
Sering kali, mereka akan menolak berbagi bill atau membayar saat pertemuan pertama.
"Ahli waris miliarder tidak menggunakan Tinder. Jika mereka menggunakan aplikasi sama sekali, mereka ada di Raya dan The League, aplikasi yang berbasis keanggotaan," katanya.