Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/02/2022, 07:07 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Deodorant dan antiperspirant mungkin merupakan dua barang yang wajib digunakan sebelum pergi ke luar rumah karena dapat mencegah bau tak sedap akibat keringat.

Namun, tahukah kamu kalau dua produk pembasmi bau ini sering dianggap sebagai benda yang sama? Padahal, keduanya berbeda lho.

Salah satu perbedaan paling mencolok dari dua produk untuk ketiak ini bisa dilihat dari namanya.

Ya, deodorant terdiri dari kata “de” yang menunjukkan pengurangan, dan “odor” yang berarti bau. Artinya, deodorant dapat menghilangkan bau.

Sedangkan, antiperspirant bertugas untuk mencegah keringat berlebih.

Mana yang terbaik, tentu akan kembali ke selera masing-masing orang.

Nah sebelum memilihnya, akan lebih baik untuk mengetahui perbedaan deodorant dan antiperspirant dengan lebih rinci.

Apa itu deodorant?

Jika disimpulkan, tak seperti antiperspirant, deodorant tak mampu mencegah keringat berlebih.

Namun, jika kamu hanya ingin mengusir bau tak sedap dan tak keberatan ketiak terasa sedikit lembap akibat deodorant, maka produk ini bisa kamu pilih.

Deodorant sendiri umumnya mengandung bahan-bahan seperti wewangian yang dapat menutupi bau badan, seperti yang dikatakan oleh dokter kult bersertifikat Connecticut Alicia Zalka, MD.

Selain itu, dokter kulit Hadley King, MD menambahkan bahwa deodorant juga memiliki kandungan bahan yang dapat menyerap kelembapan dan memperlambat pertumbuhan bakteri.

Deodorant kerap dijadikan alternatif yang lebih alami dibanding antiperspirant, sehingga lebih populer.

Kendati demikian, deodorant juga memiliki kekurangan, Misalnya, kandungannya yang dapat membuat kulit iritasi,

"Banyak deodorant alami yang bergantung pada baking soda untuk melembapkan dan menetralisir bau. Namun, baking soda berlebih dapat menyebabkan iritasi kulit pada beberapa orang,” ujar Dr. King.

Wewangian pada deodorant juga biasanya beasal dari minyak esensial yang merupakan penyebab umum dari alergi dermatitis kontak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com