Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Kenapa Sosok Ayah Sering Distigmakan Negatif?

Kompas.com - 12/03/2022, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Ayah adalah sosok yang paling disegani dalam suatu keluarga. Meskipun kerap dianggap menakutkan, nyatanya sifatnya itu sering disalahpahami.

Melansir Kompas.com, Prof. Irwanto, Ph.D, seorang psikolog, dalam talkshow bertajuk "Ayah Hebat di Balik Ibu Tangguh" pun mengungkapkan, "zaman berubah, tapi posisi ayah pada umumnya salah kaprah, karena ayah selalu dihubungkan dengan masa lalu."

Di Indonesia, anggapan bahwa ayah harus bekerja dan ibu mengurus anak masih sangat kental. Padahal, ayah juga memiliki peran penting.

Rahmat Hidayat, Co-Founder AyahAsi, dalam siniar Obrolan Meja Makan bertajuk "Mematahkan Stigma Ayah dalam Keluarga" berkata bahwa hal ini disebabkan karena ayah sering kali digambarkan sebagai sosok yang menyeramkan.

Secara tak langsung, mereka jadi menjaga jarak dengan anak. Dari situlah gambaran sosok ayah yang kaku pun muncul.

Stigma ayah di Indonesia

Menurut Rahmat, seorang ayah kerap dilabeli sebagai sosok yang tak mampu mengurus anak dan melakukan pekerjaan rumah. Selain itu, sikapnya cenderung tegas, galak, dan kasar.

"Yang baik-baik cuma ke ibunya, yang galak-galak ke ayahnya," tambahnya sambil tertawa.

Namun, menurutnya, hal ini bisa terjadi karena laki-laki jarang diajarkan cara mengasuh anak yang baik dan benar. Mereka lebih sering mencontoh dari orangtua, teman, hingga lingkungan.

Baca juga: Melatih Anak Mengelola Emosi agar Tidak Mudah Tantrum

Dari situ, laki-laki menerapkan perilaku serupa yang orang lain ajarkan. Rahmat menambahkan, "Tumbuh kembang kita arahnya lebih ke luar rumah, bukan ke dalam rumah. Ada juga adat yang menjaga laki-laki, seperti tidak boleh cuci piring."

Menurutnya, stigma ini bisa dihapuskan kalau semua istri paham bahwa banyak laki-laki yang tak dipersiapkan sebagai seorang ayah. Mayoritas mereka hanya disiapkan sebagai suami.

Laki-laki kerap tak diberi kesempatan untuk belajar. Akhirnya, saat sudah memiliki anak, laki-laki pun tak siap.

Maka dari itu, agar seimbang, semua pasangan harus mampu saling mengajarkan, "Harusnya para istri juga paham posisi laki-laki banyak batasan sosialnya. Maka, yaudah deh kita belajar bareng-bareng yuk. Kan harusnya gitu dong, ya."

Dengan begitu, rumah tangga pun akan berjalan baik karena istri dan suami memiliki kesepahaman yang sama.

"Harusnya sih, tidak ada pembagian bad cop dan good cop gitu. Karena begitu jatuh pada aturan keluarga atau kesepakatan, maka harusnya suami dan istri punya satu kata yang sepakat."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com