Oleh: Fauzi Ramadhan dan Fandhi Gautama
KOMPAS.com - Dalam menjalani hidup, kita pasti pernah mengalami perasaan tidak percaya dengan diri sendiri, entah ketika sedang mengerjakan ujian, berbincang dengan orang baru, atau melihat pencapaian yang diraih orang lain.
Perasaan tersebut akrab dikenal sebagai insecurity atau rasa tidak percaya diri.
American Psychological Association (APA) Dictionary of Psychology mendefinisikan insecurity sebagai perasaan tidak mampu dan kurang percaya diri untuk mengatasi masalah.
Selain itu, timbulnya perasaan ini juga disertai dengan adanya rasa ketidakpastian dan kecemasan soal tujuan pribadi, kemampuan yang dimiliki, atau hubungan dengan orang lain.
Untuk dapat mengembangkan diri secara optimal, insecurity ini harus diatasi dengan baik dan tepat. Jangan sampai perasaan ini terus menerus bernaung dalam diri karena akan berakibat fatal bagi kesehatan mental, fisik, dan sosial.
Lantas, apa saja yang menjadi faktor seseorang bisa mengalami rasa tidak percaya diri atau insecurity? Arvan Pradiansyah, motivator ternama Indonesia, memberikan pandangannya mengenai hal ini dalam episode “Mengapa Seseorang Bisa Merasa Tidak Percaya Diri?” siniar (podcast) Smart Inspiration edisi Smart Happiness.
Salah satu faktor insecurity adalah kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain. Menurut Arvan, kecenderungan ini membuat seseorang berpikir kalau dirinya tidak lebih baik daripada orang lain sehingga harga diri dan kepercayaan orang itu menjadi rendah.
Tak hanya itu, ia menambahkan bahwa kecenderungan ini juga berpengaruh pada alam bawah sadar seseorang.
“Kata-kata ‘membandingkan’ menjadikan subconscious mind (alam bawah sadar) berpikir kalau orang yang dibandingkan merupakan standar (kemampuan/kepribadian),” tambahnya.
Karena adanya anggapan bahwa orang lain merupakan suatu standar, seseorang akan merasa bahwa dirinya rendah. Ia akan berpikir bahwa posisinya masih berada di bawah orang itu sehingga hal yang dilakukan adalah menyesuaikan diri dengannya.
Baca juga: Saatnya Remaja Terlepas dari Insecure, Cemas, dan Depresi
Hal ini juga diperparah lewat penggunaan media sosial yang sering kali membuat diri merasa kecil. Tak ayal, media sosial merupakan wadah berkumpulnya orang-orang dari berbagai macam latar belakang, seperti ada yang lebih kaya, tampan, cantik, dan lain sebagainya.
“Hakikatnya, di atas langit masih ada langit,” ujar Arvan.
Kemudian, Arvan menyebutkan faktor penting mengapa seseorang bisa mengalami insecurity, yaitu akibat ketidaktahuan tentang potensi dan dirinya sendiri.
Menurutnya, diri seseorang ibarat rumah. Rumah tersebut diciptakan oleh Tuhan. Agar dapat mengenal dirinya sendiri, penghuni yang baik akan berusaha mengenal setiap ruang dan sudut rumahnya.