KOMPAS.com - Masalah adalah hal biasa yang dihadapi pasangan suami-istri atau pasutri setelah mereka mengikat janji sehidup-semati.
Tapi, datangnya masalah tak boleh dianggap remeh karena bisa mengancam keharmonisan rumah tangga jika tidak segera diatasi.
Saling mendukung memang bisa membantu. Tapi, suami-istri juga membutuhkan konseling supaya pernikahannya tidak berakhir dengan perceraian.
Walau masalah masih bisa diatasi, jangan pernah remehkan manfaat konseling pernikahan. Berikut ini tanda-tanda pasutri membutuhkan "bantuan".
Psikolog klinis, Adam Borland, PsyD, mengatakan segera melakukan konseling pernikahan lebih baik walau keputusan ini bergantung pada dinamika pasangan.
"Untuk beberapa pasangan, konseling terjadi ketika salah satu pasangan akhirnya bersedia untuk pergi, walau itu sering terjadi saat di ambang perceraian," kata Borland.
Psikolog asal Cleveland Clinic tersebut membeberkan tanda apa saja yang menandakan pasutri membutuhkan kosnseling pernikahan. Simak yang satu ini:
Komunikasi seringkali menjadi biang timbulnya masalah dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga.
Sedikit saja ada miskomunikasi atau kesalahpahaman, masalah yang awalnya kecil bisa terpantik menjadi keributan besar.
Masing-masing pasangan perlu mendapat belaian dan perhatian. Dengan begitu, satu sama lain akan merasa mendapat kasih sayang.
“Orang-orang memberi tahu saya, 'Kami hidup seperti teman sekamar. Tidak ada chemistry seksual dalam pernikahan kami lagi. Kami hanya saling berpapasan'," ujar Borland.
Awal suatu hubungan selalu didasarkan pada rasa saling percaya. Tapi, ketika sudah menapaki bahtera rumah tangga bisa saja suami-istri saling menaruh curiga.
Tidak menutup kemungkinan suami atau istri mencurigai pasangan hidupnya berbohong atau telah melakukan perselingkuhan.
"Itu tidak harus perselingkuhan fisik orang ke orang. Kepercayaan dapat hilang gara-gara tindakan yang dilakukan secara online atau saat menggunakan media sosial," ucap Borland.
Kehidupan rumah tangga bisa berubah seiring berjalannya waktu, entah ketika istri mengandung, melahirkan, atau pasutri memutuskan pindah rumah.