KOMPAS.com - Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik.
Itulah alasan mengapa orangtua memberikan arahan, didikan, bahkan teguran apabila buah hatinya berbuat salah.
Namun, situasi dapat berbalik apabila anak melakukan sesuatu yang kurang benar atau mengambil jalan yang berbeda.
Di sini, orangtua bisa merenung mengapa anak --berapa pun usianya-- tidak melakukan hal yang orangtua inginkan.
Mungkin ada sesuatu yang kurang tepat dari cara mendidik anak. Atau, orangtua belum mampu memahami dan berempati kepada anak.
Menurut guru besar Suffolk University, AS, Beverly D. Flaxington, orangtua perlu belajar pendekatan ala Sokrates dan seni mendengarkan dengan empati.
Apa maksudnya?
Kalau berbicara soal pengalaman hidup tentu orangtua memiliki lebih banyak asam garam ketimbang anaknya.
Akan tetapi, tugas berat mengasuh anak bisa menjadi hal yang menantang walau di satu sisi menjadi kebanggan bagi orangtua.
Misalnya ketika orangtua dihadapkan pada masalah keuangan, pekerjaan, kehidupan, maupun keluarga yang semuanya bisa memengaruhi fokus pada anak.
Supaya anak memahami apa yang disampaikan, penting bagi orangtua untuk belajar mendengarkan dan memahami.
Hal itu wajib untuk dicatat karena sudah menjadi sifat alami bagi manusia untuk ingin didengar dan dipahami.
Pertama-tama, pahami dulu bahwa anak masih belajar sehingga membutuhkan bimbingan.
Anak sangat perlu didukungan secara finansial, spiritual, dan pribadi.
Ketika proses belajar anak akan berkembang dan memahami siapa dirinya dan apa yang ia pedulikan -terlepas dari orangtua dan keluarga.