KOMPAS.com - Pada Oktober tahun lalu, TAG Heuer melepas satu iterasi Monaco dalam acara lelang amal Only Watch 2021.
Bertajuk "Only Watch Carbon Monaco", arloji yang hanya diproduksi satu kali (one-off) ini memiliki warna hitam, disertai aksen jingga dan putih di bagian dial.
Dari penampakannya, arloji tersebut mengingatkan kita akan Monaco referensi 740303N atau lebih dikenal sebagai Monaco "Dark Lord" yang legendaris.
Kisah TAG Heuer Monaco Dark Lord
Ada alasan kuat mengapa Dark Lord dikatakan legendaris. Diungkap pada pertengahan 1970-an, watchmaker Swiss itu hanya merilis Dark Lord dalam jumlah terbatas.
Bahkan, arloji itu tidak pernah terlihat dalam katalog Heuer (nama pembuat jam sebelum berganti menjadi TAG Heuer pada 1985), dan tidak diiklankan di mana pun.
Pemberian nama Dark Lord tidak lepas dari bagian dial berwarna serba hitam disertai cangkang yang diberi lapisan physical vapor deposition (PVD).
Tidak seperti sekarang di mana metode blackening untuk melapisi permukaan arloji berbahan logam sudah banyak diterapkan pembuat jam, pada era 70-an metode blackening adalah hal yang benar-benar baru.
Kemudian, saat diluncurkan, Monaco Dark Lord termasuk salah satu jam tangan pertama yang dilapisi PVD.
Seperti dikutip laman Robb Report, ketika itu Heuer hanya memproduksi Dark Lord sekitar 100-200 unit.
Karena kelangkaan itu, tidak heran Dark Lord menjadi timepiece yang diburu para kolektor.
Dalam acara lelang bertajuk "Start-Stop-Reset: 88 Epic Stainless Steel Chronographs" yang diadakan balai lelang Phillips di Jenewa pada 2016, satu arloji Dark Lord terjual seharga 62.500 franc Swiss (sekitar Rp 948,6 juta).
Dua tahun kemudian, model Dark Lord lain dilepas di acara yang diselenggarakan rumah lelang Bonhams di London, Inggris. Nilai jual arloji tersebut mencapai 67.584 dollar AS (setara Rp 981,4 juta).
Kembali dihidupkan TAG Heuer di tahun ini
Hampir lima dekade sejak diluncurkan, TAG Heuer membangkitkan kembali "Pangeran Kegelapan" dengan Monaco Dark Lord ref CBL2180.FC6497.