Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/06/2022, 18:39 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Membina hubungan agar awet hingga ke pelaminan tidaklah mudah. Apalagi jika pasangan telanjur memiliki hubungan yang penuh drama.

Pasangan yang demikian biasanya masih saling mencintai, namun di sisi lain mengembangkan rasa sakit dan hubungan tidak sehat.

Penyebabnya beragam, bisa karena miskomunikasi, doyan bertengkar, cemburuan, perilaku defensif, hingga suka ngambek.

Drama sesekali memang dibutuhkan agar hubungan lebih berdinamika. Tapi, kalau drama sudah kebablasan jalannya tali asmara malah bisa terancam.

Agar hal tersebut tidak berlanjut, psikolog Jeffrey Bernstein, Ph.D punya cara-cara yang bisa diikuti pasangan yang tergolong “drama queen”. Mau tahu?

1. Perbaiki komunikasi dan berhenti menyalahkan pasangan

Masalah komunikasi merupakan biang dari hubungan yang penuh drama. Makanya hal ini harus diperbaiki oleh salah satu atau kedua belah pasangan.

Misalnya ketika suatu masalah datang. Kondisi ini perlu dihadapi oleh pasangan dengan sama-sama bertanggung jawab.

Jika tidak, cobalah untuk tidak menyalahkan satu sama lain atau berusaha tidak menghindari tanggung jawab.

Karena membiarkan dua hal tersebut terjadi justru semakin banyak energi dan drama negatif yang diciptakan.

Pasangan yang telanjur penuh drama sebaiknya melakukan introspeksi diri dan mencoba memahami pasangannya ketimbang saling menyalahkan.

Di sisi lain, kembangkan juga percakapan yang tenang, rasional, dan jujur dengan pasangan.

Pasalnya semakin tenang membicarakan sesuatu maka sedikit pula ego yang dapat dicoba untuk menghancurkan segalanya dengan drama.

Baca juga: Sering Dilupakan, Inilah Pentingnya Komunikasi dalam Hubungan

Ilustrasi pasangan tidak harmonis.rawpixel.com/ Freepik Ilustrasi pasangan tidak harmonis.

2. Atasi pikiran toxic

Bernstein mengatakan bahwa pikiran buruk tentang pasangan akan membawa kita pada perasaan yang sama.

Di sisi lain, pikiran tersebut juga mengantarkan kita pada perasaan yang lebih buruk karena membiarkan diri sendiri “disandera” oleh pasangan.

Ia menerangkan bahwa pola self-talk beracun seperti itu terhadap diri sendiri dan orang lain dapat dimulai di masa muda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com