Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Tinggi Badan Dapat Meningkatkan Risiko Penyakit Tertentu?

Kompas.com - 14/06/2022, 08:43 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tinggi badan seseorang diyakini dapat memengaruhi risiko berkembangnya penyakit tertentu.

Misalnya, alzheimer dan penyakit jantung yang dianggap erat kaitannya dengan orang bertubuh tinggi dan diabetes tipe-2 yang diyakini lebih berisiko bagi mereka yang bertubuh pendek.

Kendati demikian, banyak penelitian yang tidak menjelaskan apakah tinggi badan tersebut merupakan faktor utama yang meningkatkan risiko atau tidak. Biasanya, nutrisi dan faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab utamanya.

Namun, baru-baru ini, tim peneliti dari Rocky Mountain Regional VA Medical Center  menemukan bukti bahwa tinggi badan memang dapat memengaruhi risiko penyakit tertentu.

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal PLOS Genetic tersebut, para peneliti mengidentifikasi beberapa kondisi yang sebelumnya tidak dikaitkan dengan tinggi badan, termasuk neuropati perifer dan ulkus tungkai dan kaki.

Baca juga: Bisakah Menambah Tinggi Badan Saat Sudah Dewasa?

Dilaporkan, para peneliti memeriksa data genetika dan tinggi badan dari database VA Million Veteran Program dengan dipimpin oleh Dr. Sridharan Raghavan, asisten profesor di Rocky Mountain Regional VA Medical Center di University of Colorado Anschutz Medical Campus.

Database tersebut memiliki informasi dari lebih dari 200.000 orang dewasa kulit putih dan lebih dari 50.000 orang dewasa kulit hitam.

Para peneliti pun memeriksa lebih dari 1.000 kondisi dan sifat yang ditemukan dari database tersebut lewat metode menghubungkan data dengan tinggi badan seseorang.

Hasilnya, ditemukan bahwa tinggi badan orang dewasa dapat dikaitkan dengan lebih dari 100 ciri klinis, termasuk beberapa kondisi medis.

Misalnya, adanya hubungan antara tinggi badan yang lebih tinggi dengan peningkatan risiko terjadinya ulkus tungkai dan kaki, neuropati perifer, serta gangguan peredaran darah vena.

Namun, Dokter Raghavan sendiri mengatakan bahwa temuan itu sebenarnya tidak mengejutkan.

Pasalnya, pertumbuhan dan metabolisme yang terkait dengan tinggi badan memang sering terhubung dengan banyak aspek kesehatan.

"Dalam beberapa kasus, asosiasi yang kami amati mungkin ada hubungannya dengan proses biologis yang terjadi karena pertumbuhan, tinggi badan, dan fisiologi," ujarnya.

Sementara itu, dalam beberapa kasus lain, dikatakan hubungan tersebut disebabkan adanya efek fisik tingginya tubuh seseorang,

Lalu, jika dikaitkan dengan insufisiensi vena kronik, Raghavan mengatakan, itu bisa disebabkan oleh adanya jarak fisik dan dinamika tekanan yang berbeda dalam sistem peredaran darah orang berbadan tinggi.

Baca juga: Apakah Lebih Sulit bagi Orang Pendek untuk Menurunkan Berat Badan?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com