BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan STPI

Studi Buktikan Gaya Hidup Buruk Tingkatkan Risiko TBC

Kompas.com - 24/06/2022, 13:07 WIB
Hotria Mariana,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kewaspadaan tinggi dibutuhkan ketika hidup di negara berpredikat endemis tuberkulosis (TBC), seperti Indonesia.

Pasalnya, penyakit yang disebabkan infeksi Mycobacterium tuberculosis itu mudah menular dan dapat menyerang siapa saja. Risiko pemburukan TBC pun bisa meningkat jika orang yang terpapar patogen tersebut punya gaya hidup buruk.

Adapun estimasi kasus TBC di Tanah Air hingga Oktober 2021 mencapai 824.000 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 15.186 jiwa, sebagaimana dilaporkan TB Indonesia.

Sejumlah riset internasional mengemukakan bahwa kasus TBC dipengaruhi gaya hidup buruk penderitanya. Hal ini juga menjadi penyebab masalah kesehatan tersebut masih tinggi di Indonesia.

Studi pertama terkait hal itu dapat dilihat di artikel berjudul “Impact of Lifestyle on Tuberculosis” yang dipublikasikan dalam Official Journal of The Asian Pacific Society of Respirology pada 2008.

Baca juga: Gaya Hidup Buruk Tingkatkan Risiko TBC, Begini Solusinya

Dalam riset itu, ada lima gaya hidup buruk yang berpotensi meningkatkan risiko TBC, yaitu merokok, memakai narkoba, konsumsi alkohol, pola makan buruk hingga menyebabkan malnutrisi, dan kurang aktivitas fisik sampai menimbulkan obesitas.

Pengaruh rokok dan alkohol terhadap risiko TBC juga ditemukan dalam riset lebih baru yang dipublikasikan dalam jurnal AOSIS pada 2019.

Adapun riset itu dilakukan terhadap pasien koinfeksi TBC dan TBC HIV di Rumah Sakit Khusus TB Standerton, Mpumalanga, Afrika Selatan. Hasilnya, sebanyak 58 persen responden mengaku bahwa mereka merupakan mantan perokok aktif dan peminum alkohol.

Perilaku buruk tersebut juga berdampak negatif pada status gizi yang memengaruhi prognosis pasien TBC.

Sementara, kaitan narkoba dengan risiko TBC dibuktikan lewat penelitian Patrick Nguipdop-Djomo et al berjudul “Drug Misuse, Tobacco Smoking, Alcohol and other Social Determinants of Tuberculosis in UK-Born Adults in England: A Community-Based Case-Control Study” yang dimuat pada laman Nature.com, Jumat (27/3/2020).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penggunaan narkoba, seperti ekstasi, kokain, heroin, lysergic acid diethylamide (LSD), dan jamur “ajaib”, bertanggung jawab sebesar 15 persen terhadap kasus TBC di Inggris.

Hasil studi terbaru yang dilakukan Faisal Alsharani et al dengan judul “Lifestyle Risk Factors Associated with Tuberculosis Patients in Asir Region of Saudi Arabia” semakin memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya.

Baca juga: 6 Langkah Tingkatkan Kesembuhan Orang dengan TBC

Pada kebiasaan merokok, misalnya, studi yang dipublikasikan di National Center for Biotechnology Information (NCBI) pada 2021 itu menemukan bahwa perokok aktif berisiko lebih besar terkena TBC ketimbang perokok pasif. Rasio keduanya adalah 5:1.

Kemudian terkait malnutrisi, riset tersebut membuktikan bahwa risiko TBC bisa terjadi pada orang yang jarang makan atau kurang dari tiga kali sehari. Masalah kesehatan ini juga mengintai orang yang hanya mengonsumsi makanan tinggi kalori tanpa memperhatikan asupan nutrisi lain.

Penelitian yang dilakukan kepada pasien TBC di Rumah Sakit Militer Angkatan Bersenjata Khamis Mushait, Asir, Arab Saudi, itu juga mendapati bahwa TBC berkaitan erat dengan kebiasaan kurang istirahat.

Dengan kata lain, orang yang memiliki kebiasaan tidur kurang dari delapan jam atau tidur larut malam berisiko mengidap penyakit tersebut.

Membangun kesadaran pola hidup sehat

Kaitan antara merokok, penyalahgunaan narkoba, konsumsi alkohol, pola makan buruk, serta kekurangan aktivitas fisik dan waktu tidur, dengan risiko TBC tidak perlu dipertanyakan lagi. Sebab, seluruh perilaku buruk tersebut mengakibatkan sistem kekebalan tubuh melemah.

Alhasil, ketika seseorang terpapar bakteri TBC, tubuhnya tidak akan kuat melawan sehingga ia terinfeksi penyakit tersebut.

Maka dari itu, kamu yang terbiasa dengan gaya hidup buruk di atas mulailah perbaiki hal tersebut dari sekarang.

Penerapan pola hidup sehat bisa dimulai dari memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur selama minimal enam hingga delapan jam tiap hari. Pastikan juga kamu tidur dalam kondisi nyenyak agar tubuh mampu memproduksi sel T.

Baca juga: TBC Bisa Disembuhkan, asalkan Orang dengan TBC Lakukan 6 Langkah Penting Ini

Peneliti dari University of Tübingen, Jerman, Stoyan Dimitrov, PhD dalam laman Healthline, Rabu (20/2/2019), menjelaskan bahwa sel T merupakan sel kekebalan tubuh yang berfungsi melawan patogen intraseluler yang bersifat menginfeksi.

Untuk diketahui, Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC termasuk dalam jenis patogen intraseluler.

Selain itu, cukupi juga kebutuhan nutrisi dalam makanan, mulai dari vitamin, mineral, karbohidrat, lemak, hingga protein. Pastikan kamu mengonsumsi semua nutrien tersebut dengan jumlah seimbang agar imunitas tubuh meningkat.

Sebaiknya, hindari konsumsi minuman bersoda dan beralkohol, serta kurangi makanan tinggi gula dan garam.

Guna memaksimalkan upaya menjaga dan meningkatkan imun, sempatkan diri untuk melakukan aktivitas fisik atau berolahraga. Untuk olahraga intensitas sedang, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan hal tersebut dilakukan selama 150 menit setiap minggu.

Sigap sadari gejala TBC

Selain menerapkan gaya hidup sehat, setiap orang juga perlu memiliki kesadaran untuk sigap ketika mengalami gejala TBC.

Adapun gejala TBC paling umum adalah batuk berdahak terus-menerus selama 2-3 minggu atau lebih, bahkan sampai mengeluarkan darah.

Baca juga: 3 Tantangan yang Harus Dihadapi Pasien TBC di Indonesia

Kondisi tersebut juga diikuti dengan sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, penurunan berat badan, malaise, berkeringat pada malam hari meski tidak berkegiatan fisik, serta meriang atau demam selama lebih dari 1 bulan.

Jika mengalami gejala tersebut, segera gunakan formula #141CekTBC, yaitu 14 Hari Batuk Tak Reda? 1 Solusi, Cek Dokter Segera!

Sebagai informasi, #141CekTBC (re: empat belas satu cek TBC) merupakan kampanye digital yang diinisiasi Stop TB Partnership Indonesia (STPI). Tujuannya, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan TBC. Gerakan ini selaras dengan misi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), yaitu Temukan, Obati Sampai Sembuh (TOSS) TBC.

STPI sendiri adalah wadah kerja sama dan koordinasi antarmitra, baik organisasi maupun pemerintah, yang memiliki kepedulian untuk penanggulangan TBC di Tanah Air.

Untuk mengakses #141CekTBC, kamu bisa mengunjungi https://141.stoptbindonesia.org.

Laman web tersebut tidak hanya menyajikan informasi komprehensif dan faktual seputar TBC, tapi juga menyediakan fitur Chatbot 141CekTBC.

Baca juga: 4 Cara Mencegah TBC, Perlu Jaga Kebersihan dan Vaksin

Sebagai informasi, fitur Chatbot 141CekTBC dapat dimanfaatkan untuk skrining gejala TBC secara mandiri serta dapat mencari tahu fasilitas kesehatan (faskes) yang melayani pemeriksaan TBC.

Menariknya, fitur tersebut juga terhubung dengan platform Halodoc atau komunitas TBC. Dengan begitu, konsultasi bersama dokter bisa dilakukan lebih mudah.

Perlu diketahui, selain lewat https://141.stoptbindonesia.org, Chatbot 141CekTBC bisa pula diakses melalui WhatsApp di nomor +628119961141 (Kak Welas).

Untuk membantu skrining mandiri TBC, laman https://141.stoptbindonesia.org menyediakan Pengingat 141CekTBC. Sesuai namanya, fitur ini membantu masyarakat dalam menandai durasi gejala TBC yang dialami.

Contohnya, batuk. Jika kondisi ini masih berlangsung hingga hari ke-14, laman tersebut akan mengingatkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

Informasi seputar kampanye #141CekTBC dapat pula dicari melalui akun Instagram, Twitter, dan Facebook Stop TB Partnership Indonesia.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com