Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Sebagai manusia, kita terkadang merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki diri sendiri sehingga kerap berusaha mengubahnya agar tampak lebih menarik. Ini dilakukan agar mendapat pujian dari orang-orang di sekitar.
Banyak perempuan yang akhirnya insecure dengan penampilannya. Jika dilakukan terus-menerus, ini bisa berdampak pada kesehatan mental, seperti menurunnya rasa percaya diri hingga stres berlebihan. Padahal, setiap orang memiliki keunikannya masing-masing.
Untuk menjadi pribadi yang lebih percaya diri, kita harus menjadi diri sendiri. Dalam siniar Semua Bisa Cantik bertajuk “Prilly Latuconsina, Cantik dengan Versi Diri Sendiri”, Prilly Latuconsina, seorang aktris ternama, mengatakan, “Di saat aku merasa ada kekurangan, aku memilih lebih fokus pada kelebihan diriku agar bisa membangun kepercayaan diriku.”
Ketika sudah berusaha menerima diri sendiri justru kita berani menunjukkan pada orang lain arti kecantikan sesungguhnya. Sayangnya, tak semua orang bisa mendapatkan rasa percaya diri dengan mudah.
Oleh sebab itu, menurut Psychology Today, ada lima hal yang harus kita lakukan.
Terus-terusan berfokus pada orang lain terkadang bisa membunuh diri sendiri. Secara tak langsung, kita berandai-andai dan ingin menjadi mereka. Terlebih, saat kita melihat para figur publik yang memiliki kecantikan di atas rata-rata.
Alih-alih menyesuaikan dengan kondisi diri, kita justru memaksakan penampilan agar terlihat semirip mungkin dengan mereka. Hal ini lantas terus menjadi adiksi meskipun penampilan itu tak sesuai dengan kita.
Baca juga: Memaknai Definisi Cantik yang Sebenarnya
Untuk mengatasinya, kita perlu membuka dan merangkul seluruh kelebihan serta kekurangan diri. Jangan menyangkal kekurangan yang kita miliki. Memvalidasi kekurangan bisa membuat kita termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Saat berat tubuh berada di atas rata-rata karena obesitas, hal itu adalah kekurangan. Alih-alih menutupinya dengan jargon body positivity, padahal tubuh berisiko lebih tinggi untuk sakit, kita bisa mulai berolahraga agar lebih sehat.
Terkadang, rasa tak percaya diri muncul karena di dalam pikiran ramai kalimat negatif untuk diri sendiri. Misalnya, “Aku tak akan bisa” atau “Aku ‘kan jelek”.
Kalimat seperti itulah yang membuat diri kita terjebak di zona nyaman. Sebelum bertindak dan memulai, kita lebih dulu takut atas prasangka yang dibuat oleh diri sendiri. Padahal, kita sama sekali belum mencoba.
Pikiran-pikiran negatif itu harus dikurasi dengan metode mindfulness, yaitu mengurangi asumsi-asumsi buruk pada peristiwa yang belum terjadi. Alih-alih berbicara negatif, kita bisa memberikan dukungan pada diri sendiri untuk mencoba hal baru.
Jika perlu, pujilah diri sendiri, baik itu bakat atau pun penampilan, di depan kaca untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Daripada berfokus pada kekurangan diri, kita justru bisa meningkatkan potensi yang dimiliki. Ingatlah bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.