Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makan Alpukat Tiap Hari, Turunkan Kadar Kolesterol Jahat

Kompas.com - Diperbarui 11/09/2022, 05:37 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tingginya kadar kolesterol dalam tubuh sebaiknya tidak disepelekan. Karena sejumlah penyakit berbahaya bisa saja mendera.

Orang dengan kolesterol yang tidak terkontrol berisiko mengalami hipertensi, diabetes tipe 2, stroke, bahkan penyakit jantung koroner.

Meski berbahaya, untungnya gangguan kesehatan tersebut masih bisa diatasi dengan mengonsumsi beberapa makanan.

Salah satunya adalah alpukat, buah yang selama ini dianggap sebagian orang mengandung banyak lemak.

Sekelompok peneliti dari berbagai universitas di AS baru-baru ini mendapati keterkaitan antara alpukat dengan kolesterol.

Baca juga: Alasan Mengapa Alpukat yang Telah Dipotong Tidak Boleh Disimpan di Air

Mereka berasal dari Loma Linda University, Tufts University, UCLA, Wake Forest University, dan Pennsylvania State University.

Gabungan peneliti itu mengatakan, alpukat dapat menurunkan kolesterol jahat alias LDL.

Namun, buah yang satu ini sebaiknya dimakan setiap hari sebanyak satu biji saja. Dengan begitu kita dapat merasakan penurunan kolesterol jahat dalam tubuh.

"Memakan alpukat tiap hari dalam penelitian tidak menyebabkan penambahan berat badan."

Demikian penjelasan yang disampaikan Guru Besar Ilmu Gizi Pennsylvania State University, Penny Kris-Etherton.

"Juga menyebabkan sedikit penurunan kolesterol LDL, yang semuanya merupakan temuan penting untuk kesehatan yang lebih baik," kata dia.

Hasil penelitian

Manfaat alpukat untuk menurunkan kolesterol didapat setelah peneliti melibatkan 1.000 responden dengan kelebihan berat badan alias obesitas.

Nah, mereka selanjutnya dibagi menjadi dua kelompok. Setengah responden pertama diminta memakan alpukat setiap hari.

Sementara responden sisanya tetap menjalani pola makan biasanya dan diminta membatasi konsumsi alpukat.

Baca juga: Tips Menyimpan Alpukat agar Tetap Segar dan Bertahan Lebih Lama

Setelah enam bulan berlalu, peneliti lantas mengecek lemak di perut dan sekitar organ lain pada responden.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com