KOMPAS.com - Istilah empty sella syndrome (ESS) menyeruak setelah Ruben Onsu mengaku menderita penyakit ini.
Sebelumnya, tak banyak yang mengetahu nama penyakit tersebut, gejala maupun keluhan yang biasa dirasakan penderitanya.
Maklum saja, empty sella syndrome memang tergolong sebagai penyakit langka di dunia kesehatan.
Baca juga: Mengenal Empty Sella Syndrome, Penyakit yang Diderita Ruben Onsu
Empty sella syndrome terjadi ketika kita memiliki sella tursika, struktur tulang di mana kelenjar pituitari berada di dasar otak, yang membesar.
Ada dua jenis ESS yakni primer dan sekunder, yakni:
Sejauh ini, pakar kesehatan belum memahami penyebab penyakit ini, khususnya ESS primer.
Selain itu, empty sella syndrome termasuk dalam penyakit langka sehingga tidak diketahui banyak orang.
Kebanyakan penderitanya tidak memiliki gejala terkait namun gejalanya kerap disalahartikan sebagai kekhawatiran tentang kekurangan hormon.
Gejala empty sella syndrome dapat bervariasi dari satu orang ke orang lain dan tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Seringkali, penyakit ini berhasil didiagnosis secara kebetulan pada pemeriksaan CT atau MRI yang dilakukan untuk kebutuhan lain.
Baca juga: Kelenjar Getah Bening di Leher Bengkak? Ini 5 Obat Alaminya!
Gejala paling umum yang kemungkinan terkait dengan empty sella syndrome adalah sakit kepala kronis.
Namun belum diketahui ini keluhan sakit kepala ini merupakan gejala yang sesungguhnya atau sekedar kebetulan belaka.
Pasalnya, kebanyakan penderitanya memiliki riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi) yang juga memicu sakit kepala
Namun penyakit ini terjadi sekitar empat kali lebih banyak pada wanita dibandingkan pria.