Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Banyak Waktu Luang Tak Bikin Lebih Bahagia, Simak Penjelasannya

Kompas.com - 12/09/2022, 18:15 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Memiliki waktu luang di tengah-tengah kesibukan dan aktivitas yang padat sangat penting untuk mengisi kembali energi.

Selain itu, memanfaatkan waktu luang dengan berbagai hal yang yang menyenangkan juga dapat membantu kita melepaskan stres dalam hidup.

Meskipun waktu luang ini tampaknya sangat bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental, namun memiliki terlalu banyak luang ternyata tidak membuat kita menjadi lebih bahagia.

Lantas, mengapa punya waktu luang yang banyak justru membuat kita tidak lebih bahagia?

Baca juga: Wanita Langsing Tahu Cara Menikmati Waktu Luang dengan Maksimal

Seorang psikolog dan profesor di Sekolah Manajemen Anderson UCLA di Los Angeles, Cassie Holmes pun menjelaskannya lebih lanjut, sebagaimana dilansir dari laman CNBC berikut ini.

Banyak waktu luang tidak bikin hidup lebih bahagia

Penelitian yang dilakukan oleh Holmes bersama rekannya menghitung berapa banyak waktu luang yang dimiliki orang-orang dalam sehari untuk bersantai, menonton TV, berolahraga, atau bermain dengan teman.

Mereka pun menguji bagaimana jumlah waktu yang dihitung itu terkait dengan kepuasan orang-orang dalam hidup.

"Apa yang kami temukan adalah 2-5 jam waktu luang dalam sehari sangat ideal untuk meningkatkan kebahagiaan," kata dia.

"Namun, memiliki waktu luang kurang dari dua jam atau lebih dari lima jam sehari dapat menurunkan kebahagiaan," sambung dia.

Menurut Holmes, data penelitiannya menegaskan bahwa kekurangan waktu luang bisa membuat orang-orang merasa lebih tertekan, stres, dan kelelahan secara emosional.

Di sisi lain, secara teratur memiliki waktu luang yang berlebihan dalam sehari tanpa ada tujuan jelas juga bisa berdampak sama dengan kekurangan waktu luang

Baca juga: Banyak Waktu Luang Bukan Jaminan Merasa Bahagia

"Memiliki tujuan tidak mengharuskan bekerja dalam pekerjaan yang dibayar. Misalnya, pekerjaan sukarela yang tidak dibayar sering kali memberikan tujuan tertentu," ungkap dia.

"Selain itu, tugas-tugas yang diperlukan untuk menghasilkan rumah tangga yang berfungsi dengan baik atau untuk pengasuhan anak yang sukses juga dapat memberikan rasa pencapaian yang memuaskan."

"Namun, saya menyadari bahwa dalam kasus saya, pekerjaan memberi saya sumber tujuan yang signifikan," tambah dia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com