KOMPAS.com - Kesuksesan G-Shock sebagai salah satu jam tangan paling populer di dunia --khususnya di kalangan penggiat aktivitas outdoor-- tidak lepas dari sosok bernama Kikuo Ibe.
Ibe, perancang sekaligus teknisi jam yang bekerja di Casio sudah memiliki cita-cita untuk menciptakan jam tangan yang tahan banting di segala kondisi karena pengalaman buruk di masa lalu.
Diceritakan, Ibe pernah terjatuh dari sepeda dan jam saku pemberian ayahnya rusak.
Setelah kejadian tersebut, ia berniat menciptakan jam tangan yang tidak akan rusak meskipun dijatuhkan dari tempat tinggi berdasarkan filosofi "triple 10".
Pertama, jam tangan itu harus tahan air hingga tekanan 10 bar (100 meter). Lalu, memiliki masa pakai baterai minimal 10 tahun, dan yang terpenting bisa bertahan ketika dijatuhkan dari ketinggian minimal 10 meter.
Maka dibentuklah Project Team Tough oleh Ibe pada tahun 1981.
Tim tersebut membuat lebih dari 200 purwarupa selama sekitar dua tahun. Mereka akhirnya menemukan formula untuk struktur jam tangan yang tahan guncangan.
Uji coba itu melahirkan model pertama G-Shock DW-5000C. Tidak hanya sanggup menahan benturan keras, jam tangan ini juga dilengkapi baterai yang tahan lama, hingga 10 tahun.
Kemunculan G-Shock DW-5000C seolah mengubah reputasi jam tangan yang kala itu dianggap sebagai alat atau perhiasan yang rapuh.
Seiring waktu, model G-Shock terus mengalami perkembangan demi mengukuhkan status sebagai jam tangan yang dapat digunakan dalam segala kondisi.
Lini jam tangan keluaran Casio ini sudah resmi masuk ke pasar Indonesia sejak lebih dari 20 tahun silam.
Selama itu pula, G-Shock berhasil memikat pasar di Tanah Air sehingga melahirkan die hard alias penggemar berat jam tangan tersebut.
Dengan pilihan yang beragam, konsumen mempunyai banyak opsi untuk mendapatkan jam tangan G-Shock yang sesuai selera dan gaya hidup mereka.
Jika harus menyebut model G-Shock mana yang paling keren, setiap orang pasti memberikan jawaban berbeda.