Oleh: Inge Shafa Sekarningrum dan Fandhi Gautama
KOMPAS.com - Komunikasi asertif merupakan sebuah teknik berkomunikasi agar seseorang dapat menyampaikan pendapatnya secara lugas tanpa menyinggung orang lain.
Artinya, kita menyampaikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan mereka tanpa bermaksud menyerang.
Itu sebabnya, komunikasi asertif sebaiknya diajarkan sejak dini. Pada usia itu, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, baik mental maupun fisik.
Usia ini juga disebut masa keemasan karena menjadi pondasi yang kuat untuk masa depan.
Dalam siniar Obrolan Meja Makan bertajuk “Membangun Komunikasi Asertif Anak dan Orangtua”, Pritta Tyas membahas bagaimana cara yang baik dan benar mengajarkan komunikasi asertif pada anak.
Pritta menyebutkan salah satu bentuk praktis komunikasi asertif pada anak adalah dengan cara memberikan beberapa pilihan daripada memerintahnya langsung.
Hal itu dapat membuat anak berpikir kritis karena memiliki pilihannya sendiri.
Lantas, bagaimana cara mengajarkan komunikasi asertif pada anak? Dikutip dari Twinkl yang ditulis oleh Amy Wilcock, berikut beberapa cara yang bisa diterapkan oleh para orangtua.
Batasan adalah konsep penting ketika berpikir tentang ketegasan.
Berbicara dengan anak-anak tentang batasan fisik dan emosional adalah cara yang baik untuk mulai memahami situasi dan melatih sikap asertif.
Baca juga: Dampak yang Dirasakan Anak Jika Sering Nonton Horor
Cara yang baik untuk menjelaskan hal ini kepada anak-anak adalah dengan membiarkan mereka membayangkan beberapa contoh dari kejadian nyata.
Hal itu mengajarkan anak-anak rasa hormat terhadap diri mereka sendiri dan orang lain.
Misalnya, jika seseorang ingin memotong antrean, anak dapat mengatakan “Maaf, saya antre terlebih dahulu”.
Anak-anak sering merasa tertekan untuk mengikuti ide atau opini orang lain. Hal tersebut bisa menjadi sumber kecemasan anak.